Selasa, 30 Desember 2008

Jiwa Muhammad: Bagian 2; Kata Pengantar

Sudahlah lazim bahwa manusia ini belumlah bisa menghilangkan ke akuan nya, yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi selalu mengganggu. Manakala disadari maka sebenarnyalah segera beres segala persoalan. Tetapi justru itulah maka AKU tadi tidak bisa lenyap-lenyap melainkan makin menjadi-jadi. Yakni mau membereskan soal-soal bahkan segala persoalan kepengin diatasinya, itulah dia AKU si manusia.

Untuk segala AKU-AKU inilah Muhammad diutus, yakni untuk manusia agar supaya mencontoh meneladan segala tidak tanduknya apa pula sanggup menyamai, itulah dia pilihan manusia yang sudah tinggi perikemanusiaannya sehingga sampai kepada Budi Luhur. Adapun Budi Luhur ini manakala diperkenankan sanggup juga menghadap Tuhan sendiri walaupun dari jauh, tapi itu adalah jarang sekali kejadian, dikarenakan memanglah hukum Tuhan tidaklah demikian, itu hanya suatu keistimewaan. Maka barang siapa yang sudah sanggup melewati daerah Budi Luhur, yakni daerah peri kemanusiaan yang paling tinggi, maka barulah sanggup masuk ke dalam daerah peri ke Tuhanan dan disanalah baru ada kesanggupan menerima wahyu yakni cahaya maupun kata kata dari Tuhan sendiri. Telah demikianlah pengadatan Tuhan hendaklah dimaklumi. Tapi manakala Tuhan mau yang bagaimanapun bisa jadi.

Di situlah letak kekuasaan Nya yang tidak berwatas bahkan yang membikin batas-batas. Andaikata manusia ini mau menyadari tentang kepalsuan AKU nya maka segera pula beres kedudukannya, yakni lenyapnya sang aku dan masuk ke dalam daerah kejiwaan dan masuk lagi ke daerah ke Tuhanan. Tetapi justru hilangnya sang aku inilah yang paling berat dari segala beban yang mesti ditanggung selama hidup.

Demikianlah misalnya kami menulis yang demikian ini bukanlah kemauan kami sendiri melainkan oleh sebab ke AKU an itu sudah tidak lagi ada maka malahan lebih baik lagi, tambah lenyap tambah baik sehingga hanya Tuhan sendiri sajalah yang berbuat tiada lain. Manakala manusia sudah menyadari yang demikian ini maka sebenarnya sudahlah pula masanya menerima wahyu sendiri yakni bahwa segala gerak geriknya sudah dari Tuhan semata, dikarenakan si AKU sudah tak ada lagi. Maka manakala sang aku itu masih bertengger terus, niscaya persoalan hidup tidak akan beres-beres melainkan makin menjadi banyak dan kusut. Tetapi manakala aku-aku tadi telah dilenyapkan dan kembali ke dalam Tuhan maka Tuhan sendirilah yang bekerja. Dan sudahlah selayaknya manakala Tuhan sendiri yang bekerja akan menjadi selesai persoalan itu sepanjang kemauan Tuhan lagi. Demikianlah sekali waktu Nabi Muhammad berserah diri benar-benar sehingga aku tadi lenyap maka masuklah ia ke dalam daerah peri Ke-Tuhanan dan sangguplah menerima wahyu sendiri yakni sewaktu Mi’rajd.

Sebenarnya Mi’rajd bukanlah soal yang mustahil pada waktu sekarang ini dikarenakan jiwa-jiwa manusia yang sudah cukup tua untuk bergabung dengan Tuhan sendiri dan memanglah masa Nabi atau Rasul sudah habis, kini bergantikan manusia sempurna atau INSAN KAMIL atau ADAM MA’RIFAT.

Maka sudahlah selayaknya manusia segera menyadari ini sehingga tiada ketinggalan lagi sesudah ketinggalan yang berlarut-larut yakni sejak jaman NUH sampai kini mengalami kemunduran yang amat. Maka mulai kini hendaklah segera bangkit kembali menuju langsung kepada Tuhan Nya dan janag menyimpang ke lain-lain. Dahulu pada zaman NUH itu kemanusiaan sudah begitu tinggi tingkatnya sehingga sudah sanggup pada umumnya berwawancara sendiri dengan Tuhan setidaknya mendapatkan isyarat. Tetapi kemajuan berfikir pada masa itu belum mengijinkan bagi manusia untuk terus tahan menderita percobaan-percobaan sehingga akhirnya hancurlah peradaban NUH itu sehingga punah sama sekali kecuali mana-mana yang dikehendaki Tuhan di satu saat akan timbul kembali. Telah demikianlah Tuhan bermau, tiadalah yang sanggup menghalangi.

Bagi manusia zaman sekarang dimana soal berfikir itu sudah menjadi keumuman maka sudahlah sampai tarafnya kepada sanggup memikirkan Tuhan sendiri. Maka pada masa kinilah manusia sempurna itu bangkit kembali dengan persediaan yang lebih teguh sehingga sanggup menanggulangi banjir. Itupun sepnajang kehendak Tuhan pula. Sebab manusia sempurna itu sudah tidak punya kemauan lagi kecuali hanya kemauan Tuhan semata-mata.

Kini lagi soal akhir jaman. Maka zaman itu kini sudah mulai berakhir dikarenakan sudah diketemukan hukum ruang, waktu begitupun hukum ADA. Ada ini hanayalah semacam hukum saja dari Tuhan. Maka barang siapa yang sudah menyadari itu dengan sendirinya alam inipun menjadi lenyap baginya hanya suatu hukum yang begitu rupa apapula ruang dan waktu begitu lagi tiada dayanya pula terhadapnya. Maka sudahlah sewajarnya bahwa perhatiannya hanya ditujukan kepada Tuhan yang menghukumkan segalanya ini juga perhatian itu sendiri. Jadi kesadaran itupun hanya hukum pula, maka lenyaplah kesadarannya yang biasa ini bergantikan kesadaran yang macam lain lebih tinggi tingkatnya menurut kadar kuatnya menyerahkan segalanya itu hanya kepada Tuhan saja. Sudahlah selayaknya bahwa bagi mereka itu zaman atau waktu sudah tidak lagi ada dan yang ada hanyalah yang membikinnya yakni Tuhan sendiri.

Manakala andapun sudah sanggup yang demikian maka sudah sendirinya alam bagi ada sudah lenyap dan akhir zaman pun sudah mulai. Jadi janganlah mempunyai anggapan yang seperti kanak-kanak lagi yakni menganggap bahwa segalanya ini akan lebur lantas menjadi puing yang tidak berguna.

Bukanlah demikian maksud Tuhan tetapi justru manusialah yang harus menyelamatkan Alam ini dari kehancurannya, bahkan ditingkatkan mutunya menjadi akhirat yang baik.

Janganlah mengira bahwa manusia tidak bisa, memanglah selama manusia itu masih manusia belumlah sanggup, tetapi manakala sudah sanggup kembali ke Tuhan yakni berserah diri benar-benar bukannya tanggung tanggung lagi maka segera cahaya Tuhanlah yang bekerja yakni wahyu yang akan menuntunnya lebih jauh maju merasuk jantung Tuhan sendiri sama sekali. Sudahlah selayaknya bahwa manusia sekarang ini mulai menyadari bahwa merekalah yang harus menjadi pewaris dari pada Tuhan yakni mewarisi Bumi ini kemudian merembet ke planit lain, Tata surya lain dan Bima Sakti lain sama sekali kemudian seluruh GALAKSI pun diambil alih pula. Telah demikianlah Tuhan berkehendak janganlah menghalangi nanti malahan lebur ke dalam api sehingga lama pula ketinggalan.

Sebenarnya umat Muhamad itu bisa maju kalau mau, tetapi kebanyakan pada berfikiran sempit, imannya masih belum tepat, masih memuja Nabi-Nabi yang sebenarnya sudah tidak perlu lagi. Puja puji itu hanya teruntuk bagi Alllah semata selaian itu menjadi musyrik. Kelak manakala telah sampai waktunya yakni manusia ini sanggup menjadi ADAM KHALIFAH maka memuja muji Tuhan pun sudah tidak perlu lagi, itu sudah kehendak Allah bahkan malahan para malaikat pun pada sujud kepadanya dan tak dapat lagi si Adam Khalifah tadi berpisah dengan Tuhannya sudah berpadu sama sekali.

Sudahlah menjadi keharusan mutu yang terutama bagi manusia mencapai tingkat itu yakni Adam Khalifah. Dahulu pada zaman Nuh pernah pula timbul Adam Khalifah ini tetapi persediaannya belumlah begitu kuat sehingga runtuh kembali. Tetapi kini jiwa-jiwa itu sudah cukup tua berpengalaman, maka sudahlah selayaknya akan lebih kuat dan lebih teguh. Oleh sebab itu janganlah ayal lagi umat Muhamad lah terutama yang harus mengambil peranan dalam hal ini, sebab memang Tuhan telah memilih yang demikian, yakni umat yang termasuk hidup semangatnya dari pada umat yang lain-lain yang masih suka membeku tak mau membuka mata, terpaut saja kepada yang dulu-dulu dan tidak mau melihat ke hari depan yakni akhirat yang mesti dituju yang harus dibentuk sendiri oleh amal perbuatan manusia.

Oleh karenanya janganlah ayal lagi tampillah ke depan dalam soal ini niscaya Tuhan memberi tuntunan dengan langsung. Karena sudahlah memang masanya demikian yakni pada waktu akhir zaman dimulai ketika manusia sudah sanggup langsung berhubungan dengan Tuhan sendiri. Oleh sebab itu segera akhirilah zamanmu sehingga Tuhan turun tangan dan bahkan Tuhan sendirilah yang akan bekerja dan bukanlah manusia lagi, sebab peri Kemanusiaan sudah sanggup meningkat dalam daerah peri Ketuhanan. Sudahlah demikian Tuhan bermau janganlah dihalangi nanti anda bisa terpental masuk ke dalam neraka.

Sebenarnya hidup ini gampang saja, yakni janganlah merasa ada, maka dengan sendirinya hanya Tuhanlah yang ada. Tetapi yang demikian itu amatlah beratnya sehingga jarang yang kuat. Oleh karenanya dari sedikitlah dahulu misalnya anda memahami tentang ada. ADA INI APA ?

Maka bahwa ada ini hanya semacam hukum saja dan Tuhan pun kuasa pula membikin macam hukum lain. TAHUKAH ANDA HUKUM ITU APA ? Hukum adalah paksaan. Jadi segalanya ini adalah paksaan dari Tuhan yang menghukumkan.

Maka sudahlah selayaknya manakala anda sudah menyadari yang demikian terus langsung saja menyandarkan segala kesadaran maupun yang disadari itu semuanya kepada Tuhan alias berserah diri.

Manakala itupun belum sanggup maka bisa juga demikian : Sadarilah dahulu bahwa kesadaran itu sendiri hanyalah hukum, yakni peraturan paksa yang begitu rupa yang dipaksakan oleh Tuhan. Segala alat-alat kesadaran itu yakni panca indera, akal pikiran maupun Budi sendiri adalah hukum yakni aturan paksa yang demikian tak bisa berbuat lain, begitupun yang disadari. Maka sudahlah selayaknya kesadaran itu lantas bisa menyadari bahwa kesadaran itu sendiri adalah hukum, aturan paksa, hanya alat dan bukan kemutlakan.

Andaikata sudah demikian kesadaran anda, itu sudah suatu tanda bahwa anda sudah mulai hidup, yakni hidup agung bukan hanya hidup yang kebalikan dari pada mati. Maka anda pun bisa juga sudah mengalami hal-hal yang keluar dari pada kebiasaan ini yakni misalnya ketemu dengan mereka yang telah mati, berwawancara dengan Kidir-Kidir maupun pengalaman yang lain-lain. Tapi itupun sebenarnya tidak mudah banyak lagi hal-hal liku-liku yang harus dijalaninya maka baru sampai kepada yang demikian atau lebih lagi, yakni terbuka tabir Tuhan itu sama sekali sehingga anda sanggup sudah berwawancara dengan Tuhan sendiri tanpa perantara yang lain-lain.

Sungguhlah suatu mu’jijat andaikata manusia ini sudah sanggup mencapai yang demikian, Tapi itupun masih belum seberapa, anda masih bisa sanggup mencapai kemajuan pula yang lain-lain sifatnya tak seorangpun yang sama.

Ada yang sanggup terbang tinggi ada pula yang rendah, adapula yang sanggup melesat ke tempat yang jauh maupun ke planit-planit lain sebagaimana pernah terjadi juga pada zaman dahulu, tapi kini akan lebih-lebih lagi. Maka sudahlah tidak menjadi rahasia lagi soal-soal yang tadinya masih tersembunyi walaupun di perut bumi maupun di atas langit maupun di alam alam lain yang tiada hitungan banyaknya. Semuanya bisa diketahuinya sekedar pemberian Tuhan yang tergantung pula dengan seberapa penyerahan kita.

Manakala manusia itu sanggup benar-benar berserah diri bulat-bulat maka segera pula akan sanggup menerima pangkat Khalifah yakni wakil Tuhan di jagad ini, dimana sanggup sudah berpadu dengan Tuhannya sehingga para malaikat terpaksa sujud kepadanya sebagaimana yang pernah pula disebut-sebut dalam Qur’an. Sebab ilmu wakil Tuhan tadi sudah tiada hingganya sehingga para malaikatpun terpaksa berguru minta tuntunan.

Telah demikianlah kehendak Tuhan janganlah mencoba menghalanginya nanti malahan terpelanting ke dalam neraka.

Apakah anda mengira neraka itu belum ada ? Janganlah segoblok itu benar. Neraka adalah di luar waktu, di luar belum dan sudah berada di alam keabadian yang tidak bermula dan tidak berakhir. Jadi manakala anda sudah menyatakan barulah menyadari tentang adanya, tapai manakala belum ya belumlah, begitu gampangnya. Tapi itupun tidak penting, adapun yang paling penting ialah soal iktikad anda sendiri.

Kebanyakan dari umat Muhammad itu iktikadnya masih keliru, kurang tepat sebagaimana yang diajarkan atau dicontohkan oleh Nabinya yaitu Muhamad, dikarenakan kurangnya pengertian dan hanya “a n u t g r u b y u k” yakni mengikut tanpa memikir, tanpa menyadari dan meneliti, sehingga tak ubahnya sebagai bangkai yang hanyut di kali. Nanti dulu, jangan marah nanti keliru lagi, anda menyembah nafsu bukannya Tuhan, maka sittanlah yang akan menguasai anda sebagaimana yang telah terjadi pula selama ini. Sebab masih keliru paham sittan dikira Tuhan , AKUnya sendiri yang ke depan dan Tuhan di belakang tertutup oleh AKUnya. Inilah dia kekeliruan yang umum terjadi di antara manusia, karena belum sanggup berserah diri malahan diri dibesarkan mengaku Tuhan tanpa menyadari. Disinilah letak pokok kekeliruan faham itu. Seharusnya melenyapkan aku itu ke dalam Tuhan yakni serah diri bukannya memperbesar diri, jadi malah terbalik. Oleh karenanya persoalan tidak segera menjadi beres malahan berlarut-larut, semuanya menganggap dirinya difihak Tuhan padahal bermusuhan, sungguh mengetawakan sekali.

Oleh karenanya janganlah sebagai anak kecil lagi yang selalu minta diloloh, dewasalah segera sehingga sanggup pula mengakhiri zaman anda, yakni zaman yang sudah sepantasnya dipupus sekian saja dan digantikan dengan masa kegemilangan akhirat yang tinggi. Itu semua bisa terlaksana manakala anda benar-benar berbakti yakni menyerahkan seluruh hidup-mati bahkan yang selainnya lagi yakni segalanya sama sekali kepada Tuhan dan jangan tanggung-tanggung lagi, nanti bisa berhenti di jalan. Memanglah JALAN LURUS ini teramat beratnya yakni jalan yang langsung menuju Tuhan, tapi manakala anda sudah sanggup maka sebenarnya taklah ada jalan lain yang lebih gampang serta segera sampai yakni sama sekali berserah diri dan itu cukup sudah. Tuhan akan segera menerima dengan cara masing-masingnya yakni tiada mesti sama pada tiap orangnya. Ada yang secara mengirim Nabi Kidir maupun Ruh-suci yang lainnya. Adapula yang langsung Tuhan sendiri itupun tergantung keadaan masing-masing pula sepanjang kemauan Tuhan lagi.Telah demikianlah Tuhan bermau maka barang siapa yang ragu-ragu niscaya ketinggalan lagi sesudah ketinggalan pula sekian lamanya yakni sejak banjir NUH. Kini lagi soal banjir, maka sebenarnya Tuhanpun berkehendak mengelam Bumi ini sebagaimana pada zaman NUH tempo hari, tetapi rupanya Tuhan pun kuasa pula merobah kehendak Nya. Sebab memang telah demikianlah kemauan Tuhan yakni memperlihatkan kepada manusia bahwa beliau itu kuasa, kuasa pula merobah takdir dan tak usah menyalahi hukum yang manapun, sebab hukum itu semuanya adalah bikinan Nya sendiri pula. Sebab segala sesuatu ini semua hanyalah hukum belaka, padahal hukum itu terserah kepada yang menghukumkan dan memang sebenarnya hukum itu sendiripun Dia pula tak lain. Sebab tak ada yang baku sedangkan yang baku hanya Tuhan saja, sedangpun yang lainnya tak ada semua kecuali hanya hukum yang demikian yakni tak ada, padahal tak ada itupun kebalikan dari ada yang mana ada tidak ada yang selainnya juga adalah bikinan Nya dan Dia sendiri pula.

Apakah anda merasa ada, maka teranglah bahwa itu musyrik menganggap ada selain Tuhan. Dari manakah anda ada ? Apakah ada itu sebenarnya. Maka kembalilah sendiri segala persoalan kepada Tuhan tiada lain.Telah demikianlah kemauan Tuhan maka kalau ada yang membantah itupun Tuhan lagi. Siapakah yang sanggup membantah Tuhan kecuali Tuhan sendiri. Maka kewajiban kami yang tak ada ini hanyalah berserah diri dan itu sudah mencukupi. Karena Tuhan sendirilah yang bekerja tiada lain, sedangpun kalau anda tidak berserah diri maka kekeliruanlah yang bekerja yakni nafsu anda yang sebenarnya Tuhan pula yakni Tuhan masih bermau anda mesti dibasuh dengan neraka.

Sudahlah menjadi kelaziman bahwa manusia ini senantiasa mau maju, tetapi manakala sudah saatnya maka sebenarnya maju maupun tidak itu sudah tidak diperdulikan lagi dan yang penting hanyalah berserah diri. Adapun suatu tingkat dimana diri itu sudah tidak ada, maka serah diri itu hanyalah merupakan kata-kata yang maknanya adalah bahwa menyerahkan ketiadaannya itulah. Sebab ada dan tidak ada sudah menjadi sama. Oleh karena menjadilah dalil dalam daerah Ketuhanan yang harus dilewati oleh siapa juga yang mau masuk yakni memahami bahwa : ada dan tidak ada itu sama, yakni sama sebagai hukum dari Tuhan yang harus difahamkan sebagai t i d a k a d a , sebab yang ada hanyalah Tuhan sendiri yang membikin ada dan Tidak ada itu dalam satu aturan hukum tertentu yaitu ada.

Sebenarnya tidaklah habis-habisnya kita bicarakan soal ini, tetapi yang terpenting di sini adalah bahwa kami mesti menuliskan hal-hal yang masih tersembunyi bagi pengertian umum umat Muhamad yakni penerangan tentang jiwa Muhamad yang sebenarnya belumlah pernah ada yang menerangkan. Kalau toh ada yang memahami itu hanya suatu kebetulan saja Tuhan berkehendak memberi pengetahuan kepada orang itu yakni mereka yang telah mendapatkan rahmat dapat berhubungan langsung dengan Tuhannya. Tetapi itu hanyalah untuk diri sendiri tetapi tidak bisa diumumkan kecuali manakala Tuhan mau yakni memerintahkan kepadanya untuk mengumumkannya. Adapun kami ini memang disuruh dan bahkan sama juga dengan yang menyuruh yakni Tuhan sendiri pula. Yang sudah berkehendak demikian yakni menuliskan buku guna penerangan kepada manusia pada umumnya dan umat Muhamad pada khususnya, dikarenakan memang sudah waktunya bahwa mereka itu harus sudah mulai mengetahui tentang Alam kejiwaan maupun Alam Arwah begitupun Alam Ketuhanan. Maka barang siapa yang tak mau menerima memanglah lebih baik jangan menerima lebih dahulu, nanti bisa “mereng” maupun terkena penyakit yang lain. Tetapi manakala sudah sanggup memanglah sudah sepantasnya dan demikianlah pengharapan Tuhan.

Apakah Tuhan itu tidak boleh kuasa mengharap? Sebenarnya Tuhan itu adalah pengharapan yang diharap maupun pengharapan itu sendiri. Jadi bagaimana ini ? Yah memang begitulah, yang tidak begitupun Tuhan juga. Nah kan gampang sekali. Tuhan itu segalanya dan segalanya adalah Tuhan.

Demikianlah Kaidah MANUSIA SEMPURNA yang sudah tinggi tingkatnya tak bisa lepas lagi dari Tuhan. Tak satupun yang ada kecuali hanya Tuhan dan sebenarnya yang ada hanyalah Tuhan sendiri. Barang siapa yang berkehendak lain itupun Tuhan juga tapi dalam taraf yang masih rendah, masih kepengin soal-soal yang sepele-sepele yang sebenarnya Tuhan yang sebenarnya Tuhan lagi, masih kepengin kepada yang kurang baik yang sebenarnyapun Tuhan pula. Maka apalah salahnya menjadi Tuhan yang baik dan kepengin kepada yang baik pula. Tetapi manakala belum kuat memanglah tidak mengapa. Demikianlah kehendak Tuhan juga. Barang siapa yang sanggup segeralah berserah diri benar-benar nanti segera mendapat tuntunan, tetapi manakala belum sanggup sebenarnya itupun kemauan Tuhan pula. Tak adalah yang bisa punya kemauan kecuali hanya Tuhan dan Tuhanlah pula sebenarnya kemauan itu. Nah, kan gampang lagi. Segalanya Tuhan dan Tuhan adalah segalanya.

Apakah anda masih akan tetap berada di luar Tuhan ? Itupun boleh apapula lagi. Tetapi amatlah ruginya dikarenakan sudah diperbolehkan masuk masih juga berada di luar, sedangkan di dalam tempat itu luas tak bertepi, bahkan barang siapa yang sudah mendapatkan cukup anugerah maka sanggup pula membikin tepi sendiri, misalnya kami menulis ini adalah semacam tepi pula, walaupun nampaknya hanya sepele yakni tak ada yang mesti dituliskan kecuali hanya Tuhan. Sebab Tuhan adalah dasar dari segalanya, tujuan dan yang menuju sekali sama saja tak ada bedanya. Apakah anda sudah maklum ? Maklum pun boleh tidak pun boleh lagi, itu adalah batas pula bagi anda dimana tak bisa berbuat lain kecuali hanya demikian itulah.

Kini lagi soal Rukh, yakni soal yang dilarang mengupasnya pada zaman Muhamad dulu, dikarenakan belum saatnya, saatnya ialah manakala akhir zaman telah tiba, maka kini akhir zaman itu sudah dimulai, kalau anda belum menerima itu namanya : Ketinggalan akhir zaman. Yah, tidak pula mengapa. Tetapi manakala tidak tahan lama-lama dalam neraka lebih baiklah segera akhiri zaman itu agar supaya segera beres semuanya.

Sebenarnya dikarenakan kemauan Tuhan juga maka neraka itu ada yang memang sebenarnya Dia sendiri juga. Apakah anda mengira ada yang bisa masuk ke dalamnya. Ya mesti saja, semuanya malahan bisa masuk andaikata Tuhan mau. Tetapi kemauan Tuhan adalah lain. Yang masuk ke dalam neraka itu hanyalah mereka yang masih membutuhkan pembersihan, sebab masih dilengketi oleh dosa dan noda yang mesti dibasuh lebih dahulu agar supaya dapat masuk kedalam surga dan kemudian sanggup pula terus menghadap Tuhan sendiri.

Adapun kami ini malahn sudah tidak sanggup keluar lagi dari Tuhan, jadi terpaksa dalam Tuhan terus. Ya apa boleh buat. Telah demikianlah Tuhan bermau kepada dirinya sendiri.

Apakah anda mengira Tuhan itu tak punya diri ? Tuhan adalah semuanya walaupun diri walaupun bukan. Maka dari itu segeralah lenyapkan diri itu ke dalam Tuhan, sehingga hanya Tuhan sajalah yang ada dan beres selesai sudah pulang kembali ke dalam Tuhan dan memang demikianlah tujuan hidup yakni kembali ke Tuhan.

Apakah anda mau kembali ke sittan ? Itupun boleh apalagi. Sebab sittan itupun Tuhan pula dalam bentuk yang lain, yakni gesitnya ingatan anda sendiri yang sebenarnya palsu, tapi oleh sebab selalu diperturutkan maka menjadi semakin berkuasalah ia sehingga bisa berkedudukan menjadi iblis. Telah demikianlah Tuhan membikin hukum apakah diterima atau tidak Tuhan tak ambil pusing, kecuali kalau Tuhan sedang kepengin pusing itupun kuasa juga. Apakah anda mengira Tuhan itu hanya berkeinginan kepada yang enak-enak saja Tuhan adalah sejatinya kebutuhan itu sendiri. Apakah enak apakah tidak enak sama saja. Karena manakala anda membeda-bedakannya sebenarnya belumlah sanggup merasuk kedalam Tuhan. Sebab semuanya adalah Dia sendiri juga. Jadi apakah enak, apakah tidak enak itu Tuhan juga, biarlah saja nanti niscaya mendapatkan karunia oleh ketabahan faham anda sehingga benar-benar bisa meningkat dari hukum dunia ini yang masih dibebat oleh enak dan tidak enak.Tetapi alam selanjutnya adalah lebih bermutu lagi enak dan tidak enaknya. Maka pilihlah yang enak disitu jangan di dunia ini. Inilah pilihan yang baik yakni memilih akhirat dari pada dunia. Demikianlah pula pilihan Muhammad. Jadi kalau anda memilih akhirat itu sudah lebih baik dari pada memilih dunia. Tapi manakala sudah sanggup pilihlah Tuhan sendiri saja, yakni yang membikin dunia maupun akhirat sekali. Sebab padanyalah pokoknya segala persoalan dan persoalan itu sendiri pula. Demikianlah maka dunia dan akhirat itu sendiripun menjadi tidak ada dan yang ada hanyalah Tuhan saja yakni sejatinya kebutuhan dan bukan yang lainnya walaupun akhirat yang tinggi.

Demikianlah keadaannya dan hendaklah difahami bahwa sebenarnya faham itu sendiripun dari Tuhan juga dan memang Tuhan sendiri pula tak lain. Oleh sebab itu sebenarnya teranglah sudah tak bisa kita keluar dari pada Tuhan, semuanya dalam genggamannya dan memang Dia sendiri pula yang sedang bersir demikian. Apakah anda mengira pengiraan anda itu buka Tuhan ? Dari manakah datangnya kira ? Dari alam fikiran ? Siapakah yang membikin alam fikiran ada ? Siapa pula yang membikin ada dan yang menyadarinya ? Nah kan jelas hanya Tuhan sendiri semuanya. Oleh sebab itu segeralah tepatkan faham anda hanya kepada Tuhan saja dan itu sudah mencukupi.

Apakah anda kepengin lagi menjadi umatnya Nabi Musa yakni Nabi untuk manusia biasa yang masih sangat rendah lagi martabat kemanusiaannya yakni serba benda atau serba terlihat mata. Maka segalanya harus bisa dibuktikan dengan mata dengan indera biasa ini walau Tuhan sekalipun. Tetapi kini memanglah demikian yakni Tuhan itu memang nyata dan juga tidak nyata, dengan lain kata yang lahir dan yang batin semuanya Tuhan.

Tetapi apakah pada waktu itu manusia sudah bisa menerima andaikata diberi pelajaran yang demikian ? Niscaya belum. Oleh sebab itu yang diajarkan oleh MUSA bahwa Tuhan itu tidak berujud, oleh sebab itu janganlah menyembah kepada ujud-ujud. Tetapi pada masa kini Tuhan itu berujud sudah yakni segalanya ini Tuhan semata sehingga yang bukan Tuhan sebenarnya Tuhan juga. Oleh karenanya tak satupun yang kuasa ada kecuali hanya Tuhan sendiri, maka ujud maupun bukan ujud menjadi sama saja, itu hanya aturan paksa dari Tuhan yang sedemikian dan memang sedemikian juga.

Apakah anda mau menyembah pohon, batu dan sebagainya lagi. Itu adalah pekerti salah dari pada umat yang dahulu-dahulu yang setaraf kemanusiaannya dengan umat Musa. Tetapi umat MUHAMMAD sudahlah lain lagi tarafnya. Otaknya sudah lebih encer, kecerdasannya sudah lebih maju, maka sudahlah jauh lebih tidak pantas lagi, sudah lebih maju daerah yang ditempuh oleh fikirannya, bahkan sanggup sudah memberi tauladan bagaimana mesti berbuat dan bukan hanya menurut saja seperti umat MUSA pada waktu itu yang sama sekali tidak mempunyai inisiatif, adapun amat tipis. Jadi sudah lain dengan manusia pada zaman MUHAMMAD apa pula masa kini. Maka sudahlah selayaknya bahwa ajaran-ajaran pada zaman MUSA itu sudah tidak bisa berlaku lagi sekarang sebab kemanusiaan manusia sudah lain. Demikianlah pula ajaran MUHAMMAD sudah pula mulai berakhir sejak akhir zaman itu bermula. Telah demikianlah pengadatan Tuhan, apakah ada yang bisa membantah.

Sebenarnya sudah bukan rahasia lagi tentang terjadinya Akhir-zaman itu kini. Sebab segala sesuatunya adalah hanya sepanjang hukum belaka yakni aturan paksa yang dipaksakan oleh Tuhan begitu rupa sehingga jelas benar kepalsuan segalanya ini.Pandangan mata, rabaan tubuh, perasaan hati, pendapat otak, itu semua lain tidak hanyalah aturan belaka dari Tuhan dan bukan kemutlakan. Manakala alat-alat itu diambil atau dirobah sedikit saja maka hasilnya sudah menjadi lain. Itulah sebabnya dunia ini MAYA atau PALSU, artinya hanya melekat pada tabir kesadaran biasa, manusia yang sebenarnya hanyalah suatu hukum atau aturan paksa yang demikian. Manakala anda belum sanggup itu memang suatu keterlaluan, tetapi tidaklah mengapa, sebab itu artinya Tuhan masih berkehendak demikian yakni anda belum sanggup memahami dan berkeadaan seperti biasanya, goblok terus.

Apalah daya kami yang tidak ada ini kecuali hanya menuruti perintah Tuhan terus, begini maupun begitu, bukan begini dan bukan begitu, yang selainnya dari semuanyapun Tuhan sanggup pula apalagi. Apakah anda mengira Tuhan itu kuasa saja terus ? Alangkah bodohnya anda berfikir sedemikian. Bahkan Tuhan itu adalah segalanya kuasa maupun bukan sama saja baginya dan tidak sudi dipenjara dalam satu kekuasaan yang tanpa batas. Kalau Tuhan mau membatasi kuasanyapun kuasa lagi. Apa pula tidak kuasa, lebih lagi kuasa. Nah, kan gampang sekali.

Andaikata pada saat ini masih ada yang berpendirian Tuhan ini hanya satu, itu suatu kegoblokan pula. Tuhanlah yang membikin hitungan dan alat penghitung, akal fikiran biasa ini. Apakah Tuhan mau masuk dalam hitungan maupun diluarnya itu terserah Dia pula, begitupun makan dan tidur apalagi beranak. Janganlah suka memenjaraka Tuhan dalam hitungan : satu, tak boleh beranak pinak, tak boleh menjadi banyak, mesti maha besar terus, tak bisa kuasa bermaha kecil, alangkah tololnya faham ini, tidak mau maju-maju malah membikin pagar sendiri. Memanglah itu bukannya suatu kesalahan melainkan suatu keterlaluan sebab sudah sekian lama berfikir bebas mengasah otak terus menerus, kenapa masih juga seperti anak kecil yang juga tidak mau dewasa, belum juga sanggup mengambil kesimpulan bahwa benar itu sama dengan salah, jauh itu sama dengan dekat, dulu itu sama dengan sekarang begitupun nanti, segalanya ini hanya hukum tergantung semata-mata kepada yang menghukumkan. Apakah mesti diterangkan lagi seluruh teorinya ? Baiklah membaca buku yang lainnya saja yang membahas khusus mengenai soal ini. Kini kami cukupkan sekian saja dulu, hanya manakala perlu nanti disinggung-singgung lagi disana sini.

Kini lagi soal JIWA MUHAMMAD yakni jiwa yang amat mudanya tetapi telah sanggup menemui Tuhannya walaupun hanya sebentar yakni sewaktu Mi”rajd. Itulah dia Nabi anutan manusia sampai AKHIR ZAMAN. Tapi sayang bahwa sampai sekarang belum ada yang sanggup meneladan setepatnya mendekatipun belum, bahkan banyak yang teledor dan malahan sesat keliru aham, jangankan melanjutkan maupun melebihi.

Memang ada juga beberapa orang yang sanggup sudah mendengar kata-kata Tuhan walaupun hanya sepatah dua, tapi itupun belum mencukupi sama sekali. Baru kali ini Tuhan mengirim petunjuk bagaimana caranya supaya manusia bisa langsung berhubungan dengan Tuhannya. Tuntunan itu sebenarnya sepele saja, yakni : janganlah merasa ada, kembalikanlah akumu kepada Tuhanmu, berserah dirilah bulat-bulat, janganlah punya keinginan lagi kecuali hanya Tuhan. Nah kan pendek sekali. Manakala itu sudah ditepati maka insya Allah mestilah sanggup berhubungan, itupun tergantung kepada kesungguh-sungguhan berserah diri itulah. Oleh karenanya barang siapa yang sanggup berserah diri sebenarnya sudahlah mencukupi. Hanya Tuhan saja yang ada yang bekerja padanya tiada lain. Maka segera selesai soal, yakni kembali ke Tuhan sebagaimana tujuan hidup yang benar bagi manusia dan itulah JALAN YANG LURUS yakni jalan yang hanya menuju kepada Tuhan saja.

Tetapi andaikata masih kurang mencukupi beberapa kata-kata tadi baiklah membaca buku-buku yang lainnya guna menambah gampang dan luasnya penerangan. Tetapi bagi siapa yang dikehendaki Tuhan walaupun tanpa membaca misalnya sanggup pula terbuka hijab, tetapi walaupun membaca seribu kali tidak juga sanggup pecah hijab itu. Demikianlah kekuasaan Tuhan. Tapi andaikata dibanding niscaya akan lebih jauh manfaatnya dikarenakan memang demikianlah kehendaknya yakni dengan cara membaca manusia sanggup terbuka. Tidak demikian halnya dengan membaca Qur’an maupun Injil, sebab kitab-kitab itu hanya untuk mengatur penghidupan dunia supaya tertib bisa baik dan jangan merosot ke neraka melainkan sedapat mungkin meningkatkan ke surga. Tapi untuk bertemu dengan Tuhan sendiri bukan itulah tuntunannya. Memang ada juga beberapa ayat dalam Al Qur’an yang tertuju kepada manusia sempurna tapi itu masih jauh dari mencukupi.Jadi janganlah ayal lagi meninggalkan kitab-kitab itu demi Tuhan sendiri dan bukan demi siapa-siapa, tapi itupun bagi mereka yang telah sanggup. Adapun yang belum janganlah sampai meninggalkan, turutilah seberapa kuat sehingga datang saatnya kesadaran itu timbul bahwa sudah tidak diperlukan lagi dan berbareng itu pula tuntunan dari Tuhan itu sendiri datang apakah via Kidir (CHIDIR) ataukah RUKH SUCI yang lain maupun Tuhan sendiri maupun cara yang lain. Tuhan tiada kurang cara jangankan yang demikian walaupun seluruh alam-alam yang ribuan jumlahnya itu, sekaligus bisa dikendalikannya, sebab memang demikianlah pengadatan Tuhan, maka barang siapa yang menolaknya niscaya tertolak benar-benar tak sanggup lagi mendekati Tuhannya jangankan menghadap maupun masuk bahkan terpelanting ke dalam neraka. Telah demikianlah hukum pengadatan Tuhan janganlah dibantahnya nanti menjadi lebih keliru lagi, nafsu dianggap Tuhan maka rusaklah iman itu dan keras lagi membesarlah sang aku sehingga mesti dilebur dulu dengan api neraka. Telah demikianlah pengadatan Tuhan sejak dahulu kala yakni barang siapa yang membandel tak mau ditunjuki bahkan membangkang memperbesar diri bukannya berserah, maka niscaya terlempar ke dalam neraka.

Demikianlah maka kami sendiri pernah mengalami pada masa dahulu waktu manusia masih sedikit jumlahnya yakni sebelum zaman Idris, maka terpaksa pula dibasuh dengan api neraka. Tetapi demi kehendak Tuhan pula serenta cukup jangkanya pembersihan itu kamipun dikehendakkan timbul lagi hidup di dunia ini berkali-kali sehingga sanggup pula menjadi manusia yang baik bahkan kinasih dengan Tuhan. Demikianlah maka rukh kami diberi gelar oleh Tuhan sebagai Rukh Suci yakni rukh yang sudah disucikan oleh api neraka, kemudian sanggup kembali kepada Tuhan dengan patuh. Telah demikianlah Tuhan bermau, apa boleh buat. ( Bacalah : RUKH SUCI ).

Tetapi kini ada hal lagi yang mesti diperhatikan yakni mengenai Rukh Suci yang sebenarnya bukanlah kami sendiri melainkan banyak sekali, beribu-ribu kawan kami, kami ini hanya salah satunya yang sudah terpilih sebab kemauan Tuhan sendiri juga, dikarenakan kesungguh-sungguhan kami untuk kembali ke hanya Tuhan, maka sejak Akhir zaman dimulai maka kami sebagai Rukh Suci sanggup sudah berpadu dengan jiwa yang lain-lain bersama-sama berpadu ke dalam Tuhan. Maka demikianlah Tuhan sudah mengangkat kami sebagai wakil Nya, guna mengembalikan segalanya ini hanya kepada Tuhan saja. Telah demikianlah Tuhan bermau, tiada satu jua yang sanggup menghalangi kecuali hanya Tuhan sendiri pula. Maka sudahlah selayaknya kami yang memang tidak ada ini selalu bersembunyi yakni dalam jantung Tuhan sendiri agar supaya terlindung dari marabahaya. Maka barang siapa yang berniat jahat kepada kami maka sebenarnya kami ini tidak ada jadi hanya Tuhanlah yang kena kejahatan itu, padahal sepanjang faham kami tak ada satupun yang ada kecuali hanya Allah, maka sebenarnya segala kejahatan itu juga tidak ada, begitupun kebaikan semuanya sama saja tak ada semua sedangpun yang ada hanyalah Tuhan sendiri yang sedang bersir demikian.

Jadi apakah hendak dikata kalau andaikata misalnya sebelum anda membaca ini sudah lebih dulu membenci kami tapi kemudian serenta sudah membacanya menjadi berganti sayang, itupun kemauan Tuhan juga yang sdang berkehendak demikian dan bukanlah pekerti kita. Kita ini semuanya menyengaja ada juga tidak begini begitupun apalagi, begitupun seluruh alam ini tak ada yang menyengaja ada bahkan keadaannya maupun segala hukum-hukumnya itu adalah suatu hukum pula dari Tuhan tiada lain. Maka sudahlah sepantasnya segalanya ini segera kembali atau dikembalikan kedalam Tuhan sehingga bereslah semuanya.

Apakah anda sudah bisa menerima maksud kami ? Andaikata belum itupun tidak mengapa, karena kami ini mengertipun tidak. Bagaimana bisa mengerti sedangpun ada saja tidak. Oleh sebab itu lenyapkanlah pengertian itu sendiri ke dalam Tuhan, dipulangkan kembali maka selesailah segala pemikiran dipikirkan oleh Tuhan sendiri yang membikinnya demikian.

Manakala anda belum juga maklum maka sebenarnya baiklah hentikan saja membaca buku ini dan perbuatlah mana suka kemudian matilah masuk ke dalam neraka habis. Nah, disinilah anda tahu rasa bahwa sebenarnya segala macam “tetek bengek” di dunia ini tak ada harganya sama sekali kecuali hanya mesti dikembalikan kepada Tuhan semata. Bagi kami neraka itu sudah tidak ada sudah kami kembalikan ke dalam Tuhan begitupun surga begitupun alam-alam yang lain-lain itu yang memang semuanya sengaja diadakan bagi mereka yang masih menganggap ada. Maka bacalah buku alam-alam itu barangkali juga dari sana anda mendapatkan petunjuk terutama ALAM KUBUR maupun ALAM SEJATI, sehingga nanti mengertilah anda bahwa hidup di dunia ini palsu dan ALAM KUBUR itu lebih sejati begitupun seterusnya.

Tetapi andaikata tiada demikian halnya maka kamipun hanya berserah diri. Apakah daya kami yang tak ada ini kecuali hanya mendekam dalam Tuhan sujud terus hingga datang saatnya yakni sepanjang kemauan Tuhan sendiri tak usah bersujud lagi sebab berpadu sudah tak berpisah sama sekali. Maka manakah yang makhluk manakah yang khalik tiada lagi dapat dipisahkan, pada masa itulah sujud itu tidak perlu lagi sebab yang disembah dan yang menyembah sudah sama, satu padu. Apa mau dikata kalau memang Tuhan sendiri yang berkehendak demikian. Oleh sebab itu janganlah marah lagi kalau melihat orang yang tidak sembahyang, serahkanlah kepada Tuhan saja jangan diambil pusing nanti anda pusing sendiri. Sebab kini sudahlah masanya yang demikian itu yakni manusia-manusia yang sudah sanggup kembali di dalam Tuhan tidak lagi merasa hidup di dunia maupun akhirat maupun alam-alam yang lain-lain. Kadang ada pula yang masih demikian yakni nampaknya masih hidup di dunia tapi sebenarnya sudah di surga yang tinggi. Dan ada pula yang merasa hidup enak sekali di dunia padahal sebenarnya neraka yang sengit, disadarinya serenta sudah mati. Demikianlah keadaannya, hendaklah dimaklumi.

Kini lagi soal harta benda manakala masih dianggap ada itu suatu tanda anda masih terpaut oleh hukum dunia maka bersegeralah kikis habis-habis yakni dengan jalan mengembalikan segalanya itu ke dalam Tuhan, maka segeralah anda maklumi bahwa segalanya ini Tuhan dan Tuhan lah segalanya, sebab dan akibatnya sekali juga yang membikin hukum keduanya. Maka tiadalah lagi anda berikhtiar di dalam dunia ini melainkan benar-benar berserah diri sehingga hanya Tuhanlah yang berikhtiar dan bukan anda lagi. Apakah Tuhan tidak kuasa berikhtiar? Itupun terserah Tuhan lagi, apakah mau berikhtiar atau tidak tak perlu diambil pusing, kewajiban kita hanya berserah diri bulat-bulat kepada Nya dan itu sudah mencukupi. Manakala ada yang mati di dalam berserah diri ini maka janganlah dikira itu mati, melainkan tambah hidup, lebih hidup dari pada hidup biasa ini. Tapi yang demikian ini tiadalah pernah terjadi walupun Tuhan berkuasa. Bahkan Tuhan selalu menunjuki bagaimana mesti berbuat kepada mereka yang benar-benar berserah diri itu. Dengan tiada tuntunan ini maka sebenarnya adalah suatu kemustahilan dikarenakan Tuhan semuanya yang menjadikan kenapa tidak memberi rejeki. Maka sudahlah sepantasnya jangan lagi berikhtiar, berikhtiar itu masih tingkatan sittan, yakni gesitnya ingatan yang merasa dirinya ada dan mau berbuat sesuatu supaya begini dan begitu. Jadi belumlah tingkat ISLAM atau SERAH DIRI.

Adapun umat MUHAMMAD itu adalah umat yang tanggung-tanggung, dikarenakan belum kuat berserah diri benar maka diambilnya jalan tengah yakni berikhtiar atas dasar serah diri. Inipun baik juga andaikata ditepati janganlah mengada-ada, nanti keliru lagi yakni misalnya demikian : Kita sedang lapar makanan tak ada maka dengan sendirinya kita pergi mencari dimana ada. Tetapi serenta menemukannya makanan sedikit, kita tak mau maunya yang banyak dan enak-enak. Ini adalah sudah mengada-ada. Maka hendaklah menerima apa adanya seberapa butuhnya jangan berlebih. Janganlah lagi suka menimbun, itu adalah sittan, khawatir kalau kekurangan, maka hendaklah selesaikan buat hari ini atau esok dan janganlah menunggu-nunggu mengharap-harap, itu kurang iman namanya. Serahkanlah keseluruhannya kepada Tuhan jangan tanggung-tanggung, maka niscaya segera mendapatkan ampunan, yakni dengan cara terbuka hijab dan mendapat tuntunan langsung dari Tuhan. Manakala tiada demikian halnya sebenarnya belumlah masanya anda berbuat demikian, mungkin lama juga, tetapi kesungguh-sungguhan itu adalah perlu sekali, dikarenakan siapa yang tiada berusaha niscaya tiada akan sampai.

Sebenarnya tiadalah lagi yang hendak kami utarakan di sini, sebab pokoknya sudahlah jelas yakni kembali ke Tuhan, tetapi oleh sebab kembali dengan langsung itu adalah sangat beratnya maka Tuhan mengutus MUHAMMAD untuk memberi contoh yakni sebagai manusia teladan dengan contoh yang paling baik dengan budi yang paling luhur untuk menuntun kepada manusia bagaimana caranya bisa selamat kembali kepada Tuhan yakni dengan cara via akhirat lebih dahulu. Jadi tidak terus langsung merasuk Tuhan sendiri.

Adapun sebabnya yalah oleh karena dengan terus langsung itu masih sangat mengkhawatirkan pada masa itu, lain dengan sekarang. Oleh karena itu pada masa sekarang ini yakni pada zaman sudah mulai berakhir maka disitulah waktu setepatnya guna kembali ke Tuhan dengan langsung tanpa mampir-mampir lagi walaupun akhirat. Tetapi andaikata itupun belum sanggup pula pada masa sekarang ini tidaklah mengapa berusaha secara Muhamad yakni via akhirat kemudian dilanjutkan nanti. Begitupun MUHAMMAD sendiri pada waktu ini masih berhenti pada lapis langit yang ke LIMA BELAS dimana ia pernah Mi”rajd dahulu, yang bisa disebutnya pula sebagai SIDRATIL MUNTAHA yakni daerah yang paling jauh yang sudah bisa dicapai sehingga sanggup sudah berwawancara dengan Tuhan sendiri menerima perintah SALAT atau sujud kalau sudah sanggup. Tetapi sebagaimana Tuhan pun bermau Muhammad belum sanggup sujud yakni berserah diri bulat-bulat dikarenakan memang belum masanya kecuali manakala nanti sudah lahir kembali baru dapat yakni berpadu pada Tuhannya. Oleh sebab Muhammad belum sanggup berserah diri bulat-bulat atau sujud maka adalah peraturannya masih sama dengan umat yang sebelumnya yakni umat ISA atau MUSA. Adapun umat IBRAHIM itu sudah agak lain lagi. Dikarenakan IBRAHIM itu boleh dikata hampir sendirian hanya sekeluarga dan tak mempunyai umat maka sudahlah selayaknya lain pula peraturan yang dibawanya yakni hanya seolah-olah mementingkan keluarga saja. Maka janganlah heran andaikata IBRAHIM itu tidak mempunyai pegangan kitab kecuali hanya kitab kuno sejak zaman NUH yang diterimanya dari malaikat agar supaya disimpannya sebab akan berguna di kemudian hari. Adapun IBRAHIM sendiri tidaklah pula mengerti akan isi kitab itu dikarenakan bahasanya begitupun tingkatan kecerdasannya belum pula sanggup menerimanya andaikata toh mengerti. Tetapi walaupun begitu sebenarnya Ibrahim sudahlah pula menjalani apa isi kitab itu walaupun seberapa (bacalah wahyu Ibrahim). Sampai sekarang kitab itu belum dijumpakan lagi. Tetapi manakala Tuhan mau maka dalam tempo yang tidak lama lagi niscaya Mashaf Ibrahim inipun diketemukan pula kembali sebab kemauan Tuhan juga agar supaya terang mana yang masih gelap. Tapi bagi kami yang sudah tidak memperbedakan lagi segalanya sebab semuanya Tuhan juga maka tiadalah masuk dalam perhatian kami apakah mashaf itu ketemu atau tidak, bukan menjadi gangguan iman kami. Oleh karenanya barang siapa yang sudah sanggup janganlah memecah belah pengharapan maupun keinginan itu kecuali hanya kepada Tuhan semata. Demikianlah faham yang tepat, jalan yang lurus. Tetapi manakala belum kuat demikian maka tidaklah mengapa dari sedikit ke sedikit, sebagaimana Muhammad sudah memberi contoh, yakni capailah akhirat setinggi mungkin maka nanti gampang melanjutkan lagi. Walaupun kini anda misalnya masih berada dalam taraf kebanyakan dari manusia yang masih mementingkan dunia tapi manakala telah sanggup meningkat tiadalah pula akan kalah dengan mereka yang sudah terdahulu dikarenakan persediaan anda adalah lebih banyak dengan segala sesuatu yang mesti dikembalikan kepada Tuhan.

Sebenarnya kamipun sudah pula merasa bosan menulis begini saja terus, kembali ke Tuhan – kembali ke Tuhan. Tetapi bagaimana lagi tangan ini menulis juga terus tak mau berhenti, manakala ia berhenti maka sebenarnya itupun kemauan Tuhan juga yakni berhenti artinya tulisan ini mandeg macet tak dilanjutkan lagi. Tetapi siapakah yang rugi andaikata demikian ? Yah, memang Tuhan sendiri juga. Yakni manusia-manusia yang pada kebingungan tak tahu jalan terus, bagaimana mestinya hidup ini, sudah menyembah Tuhan sejak masih kecil sampai tua tak juga pernah ketemu apapula diajak ngobrol, alangkah celakanya hidup yang demikian itu hanya bertepuk sebelah tangan terus. Apakah tidak perlu yang demikian itu diakhiri. Maka sudahlah sepantasnya manakala segera sadar dan bangkit kesungguh-sungguhan manusia untuk bisa menemui Tuhannya. Demikianlah pengharapan kami. Tapi manakala tak pada mau, yah itu kemauan Tuhan juga, yakni Tuhan masih bermau manusia tetap manusia tak mau meningkat kepada ke Tuhanan, maka dunialah tempatnya selalu ditipu dan dipermainkan oleh sittan dan iblis pula Jin-Jin yang amat banyak macamnya hasil perbuatan manusia sendiri. Maka sudahlah selayaknya manakala segera disadari bahwa dunia ini mesti dianggap palsu, jangan dipercaya lagi, nanti salah iktikad itu tidak lurus-lurus malahan gampang menyeleweng ke alam sesat. Demikianlah keadaannya hendaklah dimaklumi.

Kini lagi soal Jiwa Muhamad. Tuhan berkehendak memberi penerangan kepada manusia terutama umat Muhamad, bahwa Jiwa Muhamad itu belum sanggup merasuk Tuhan sendiri, tingkatnya masih UTUSAN belum KHALIFAH. Oleh sebab itu hendaklah difahami bahwa sebenarnya tingkat itu sekarang sudah tidak perlu lagi walaupun Nabi walaupun Malaikat. Tapi kalau belum bisa biarlah yang bisa lebih dahulu janganlah dihalangi janganlah diharu biru sebab mereka itu lurus ikhtikadnya, percaya hanya kepada Tuhan sendiri dan tidak menyeleweng kepada yang selainnya walaupun Nabi walaupun apa juga.

Itulah dia jalan yang lurus, tepat dan cepat sampai. Tapi kalau anda masih belum bisa juga mengerti itu memang suatu keterlaluan juga, masih senang kepada yang sepele-sepele, masih takut kepada yang selain Tuhan, jadi masih musyrik sebenarnya tapi tidak menyadari.

Andaikata segera langsung kepada Tuhan saja maka sebenarnya sudahlah mencukupi, tetapi kebanyakan masih tersangkut-sangkut kepada lain-lain kepercayaan terutama DUIT, HARTA BENDA, DUNIA, PANGKAT, KEMEWAHAN, WAH, entah apalagi, sedangpun seharusnya kepercayaan kepada Nabi, akhirat, takdir, Malaikat disudahi sebab itu sudah termasuk musyrik bagi imannya manusia sempurna, tetapi malahan mereka itu semakin takut kepada ketinggalan dunia, padahal sebenarnya harus dunia ini ditinggalkan dan akhirat sekalipun. Jadi amatlah sesat sebenarnya faham umat Muhammad selama ini, lebih mundur dari pada zaman Nabi, tetapi memang dibanding dengan umat yang lainnya masih tergolong maju. Itulah sebabnya Tuhan memilih sebagai umat pertama yang harus tampil ke depan menghadap hanya kepada Tuhan sendiri (AWWALUL MUSLIMIN) , jangan takut kepada yang lainnya walau Nabi, nanti malahan mundur kembali tak sampai-sampai kepada Tuhan.


(Bersambung ke Bagian 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar