Selasa, 30 Desember 2008

Jiwa Muhammad: Bagian 4

Sebenarnya Jiwa Muhammad itu adalah jiwa yang masih sangat sederhana. Kesederhanaaan itu terletak pada kemulusannya, dikarenakan sebenarnya jiwa Muhammad adalah jiwa baru bukan jiwa lama semacam IBRAHIM maupun MUSA, atau NUH. Maka sudahlah selayaknya Jiwa MUHAMMAD itu amat pendek umurnya, karena bila panjang ia akan bisa mengalahkan yang lain-lain sehingga keadilan Tuhan menjadi terancam karenanya.
Ini adalah bergurau tetapi juga sungguhan. Karena main-main maupun sungguhan sama juga yakni sepanjang kemauan Tuhan juga. Maka pada suatu hari Nabi Ibrahim berdo’a pada Tuhannya memohon agar supaya diantara anak cucunya kelak ada yang harus menjadi Nabi yang paling besar dan terakhir. Maka sendirinya Tuhan mengijabahi do’a itu dikarenakan memang Ibrahim bersungguh-sungguh dalam do’anya. Tetapi di lain hari Ibrahim sangatlah terkejut karena diberi penglihatan oleh Tuhan tentang adanya manusia sempurna atau ADAM MA’RIFAT maka iapun dengan sendirinya iapun merasa salah berdo’a tetapi sudah terlanjur. Maka iapun segera berdoa lagi untuk memohon agar supaya diantara anak cucunya kelak menjadi penghulu daripada MANUSIA SEMPURNA dan jangan hanya sebagai pengikut saja. Maka do’anya itupun dikabulkan juga oleh Tuhan dikarenakan Ibrahim sendiri yang sudah menginjak taraf sebagai manusia sempurna mau turun derajadnya asal saja dikabulkan do’anya itu. Dikarenakan Tuhan telah mentakdirkan Ibrahim menjadi manusia sempurna sedangkan kini diturunkan derajadnya, maka sudahlah sewajarnya bahwa takdir itu kini tidak berlaku lagi setepatnya, oleh karenanya maka sudahlah sewajarnya manakala takdir pada saat itu sudah tidak berlaku lagi yakni diganti dengan sir Allah.
Andaikata manusia mau memanjangkan fikirannya agak sejenak maka niscaya akan difahaminya fikiran-fikiran yang sebenarnya hanya merupakan suatu aturan sementara dimana aturan lain banyak pula tersedia, dikarenakan kebijaksanaan Tuhan tiada batasnya. Maka seyogyanyalah bersegeralah memahami ini sehingga manusia bisa sempurna sanggup pula keluar dari fikirannya yang hanya sesempit itu.
Takdir adalah fikiran sempit atau mati tak bisa berbuat lain. Padahal Tuhan tidaklah ilmunya sesempit itu yakni hanya bisa membuat semacam aturan fikiran saja melainkan berganti-ganti macampun sanggup pula, apapula hanya menuruti kemauan manusia macam Ibrahim dengan tiada merobah aturan baku tentang takdir. Oleh karenanya bukanlah suatu kemustahilan andaikata manusia sekarang tidak dapat memahami kehendak Tuhan dengan adanya takdir maupun Sir atau apa yang lainnya lagi, dikarenakan oleh adanya semacam aturan pasti yang sudah terpateri pada fikiran manusia yang sepicik itu. Inilah dia aturan takdir yakni kepercayaan bagi umat Muhammad pada umumnya yang belum bisa kuat percaya penuh kepada kekuasaan Allah sehingga diperlukan suatu patok penguat untuk supaya tidak terganggu imannya dikarenakan pengalaman hidup yang bermacam-macam corak ragamnya. Begitulah pula tentang hitungan satu, dua dan seterusnya masih diperlukan bagi fikiran picik tersebut sehingga terpaksa Tuhanpun harus pakai hitungan pula, berapa atau tinggal dimana, cara kerjanya bagaimana, bagamana pengadatannya maupun sifatnya, sedangkan bagi manusia sempurna semuanya itu sudah tak perlu lagi.
Andaikata seorang manusia sempurna ditanya : Tuhanmu berapa ? maka jawabnya : Tuhan itu suka hati mau berapa tidaklah menjadi soal baginya, hanya saja mesti dimaklumi bahwa Tuhan itu bukannya bangsa hitungan bahkan yang membikin hitungan tapi juga kuasa masuk dan keluar dari hitungan itu. Demikianlah hendaknya dimaklumi bahwa manusia sempurna yang sudah sanggup berpadu dengan Tuhannya tidaklah pula perlu kepada hitungan, apakah mau jadi satu saja apakah dua, apakah tiga apakah sampai ribuan banyaknya itu tergantung pula pada tingkat berserah atau padunya dengan Tuhan tersebut. Andaikata ada manusia sempurna yang sanggup mencapai tingkat dimana hitungan seribu dan satu itupun sama saja, dengan sendirinya iapun sanggup mencapai tingkat dimana hitungan seribu dan satu itu sama saja, dengan sendirinya iapunsanggup menjadi seribu dengan kemauan Tuhan juga. Demikianlah adanya, hendaklah dimaklumi.
Tetapi bagi jiwa Muhammad yang demikian itu belum kuat. Belum kuat Jiwa Muhammad untuk berpadu dengan Tuhan bahkan menghadap pun hanya kuat sebentar yakni selama Mi’radj itu. Pada suatu masa kelak yang tidak begitu lama lagi maka Jiwa Muhammad itu akan lahir pula kembali dengan kesanggupan yang sudah tinggi yakni bisa berpadu dengan Tuhannya dan bahkan sanggup merasuk dalam jantung Nya sekali, sehingga sewaktu wafatnya maka jasadnya tiada lagi, sebab sudah sama baginya ada dan tidak ada. Tetapi Muhammad jaman dahulu belumlah sanggup memahami yang demikian, masih membeda-bedakan baik dan buruk, banyak dan sedikit, dan bahkan masih membedakan manusia dengan Tuhannya. Tetapi Muhammad yang nanti sudah jauh lebih maju lagi. Apa saja sudah sama baginya, apakah tanah apakah kambing apakah udara apakah ada – apakah bukan ada sama semua yakni Tuhan melulu, tak ada yang lain.
Inilah tingkat manusia sempurna yang sudah sanggup berpadu dengan Tuhannya. Tetapi andaikata ada manusia yang tidak setuju dengan kemauan Tuhan ini maka dengan sendirinya terserah kepada Tuhan juga, sebab itu adalah kemauan Tuhan pula lepas dari pada tanggung jawab kami. Kami ini ada saja tidak mana boleh mesti menanggung jawab. Tetapi andaikata Tuhan berkemauan demikian itu kuasa juga. Apakah Tuhan akan suka kepada gado-gado apakah kepada pecel apakah goreng ayam, itu boleh-boleh saja, kuasa sekali, bahkan sebenarnya Tuhanpun sudah pula berfirman dalam Qur’an bahwa manusia ini sebenarnya bukanlah suatu apa tetapi serenta merasa ada lantas menjadi-jadi, maka tak bisalah ia kembali lagi kepada Tuhannya kecuali manakala Tuhan mau yakni dengan cara dibasuh dulu dengan api neraka setelah mengalami dilebur dengan bumi. Demikianlah Tuhan bersabda, tapi inipun tidak tercantum tegas-tegas dalam Al Qur’an sebab sangat berbahaya, belum sanggup umat Muhammad menerimanya. Tetapi walaupun begitu barang siapa yang sudah dikehendaki bisa mengerti sendiri tanpa pelajaran dari siapa dan dimanapun. Inilah dia ilmu Tuhan yang sudah pula banyak dimengerti oleh manusia sempurna tapi juga banyak yang belum dikarenakan tingkat mereka belum sampai pula.
Sebenarnya manakala Tuhan mau niscaya manusia bahkan apa saja diseluruh jagad ini bisa kembali dengan segera kepada Tuhannya. Tetapi kiranya kemauan Tuhan tidaklah demikian, sehingga banyak pula yang mesti bertele-tele baru sampai, apapula yang telah dikehendaki supaya sesat, maka iapun sesat terus walaupun diberi petunjuk maupun tidak sama saja. Maka apalah daya kami yang tidak ada ini kecuali hanya menyerahkan ketiadaan kami itu pada Tuhan sendiri sehingga Tuhan sendirilah yang mengatur dan berbuat pada kami. Kami sendiri bukannya perantara, perantara adalah baku padahal baku itu tidak ada kecuali Tuhan. Oleh karenanya hanya Tuhanlah yang ada dan bukan perantara.
Apakah anda mengira bahwa Tuhan itu dapat bergerak dari singgasananya menuju ke bumi ? Mesti saja Dia berkuasa. Tetapi untunglah bahwa Tuhan tidaklah perlu berbuat demikian. Sebab singgasananya, geraknya yang memerlukan dari dan ke itu semuanya adalah Tuhan sendiri pula tiada lain. Barang siapa yang mengaggap yang lainnya itu ada maka ia adalah musyrik, yakni mempersekutukan Tuhan. Oleh sebab itu sebenarnya sudahlah cukup asal manusia menyerahkan keseluruhannya ini kepada Tuhan dan habislah sudah tugas hidup itu. Karena yang demikian itu adalah pokok dan yang lain itu rintangan bukan ranting. Maka hendaknya dimaklumi bahwa Tuhan itu berkehendak supaya manusia ini lenyap semuanya dan Tuhanlah saja hanya yang ada, kecuali andaikata Tuhan bermau yang lain maka tetaplah ia kuasa mempunyai kemauan itu.
Di sinilah letak soal itu yakni pengakuan bahwa Tuhan itu sangat kuasa tiada terbatas dan selainnya itu demikian rupa, sebab yang lain itu pun Tuhan pula. Maka amatlah rumitnya faham ini sehingga barang siapa yang belum kuat bisa menjadi gila, itu adalah kemauan Tuhan juga, maka kitapun harus setuju saja, maka manakala membantah maka itu berarti salah, bahkan tidak mungkin. Sebab tak ada yang kuat membantah kecuali Tuhan sendiri pula. Oleh karenanya amatlah rumit faham ini sehingga Muhammad dan umatnya belumlah ada yang sanggup menerimanya kecuali siapa yang dikehendaki oleh Tuhan. Tapi rupanya Tuhanpun berkehendak agar faham ini segera dapat merata di seluruh Bumi. Maka sudahlah selayaknya nanti banyak yang sanggup menerima dikarenakan sudah kehendak Tuhan. Tapi andaikata belum itupun tidak mengapa sebab itupun kehendak Tuhan pula tiada lain.
Faham yang demikian itu belumlah dapat dikenal pada jaman Muhammad dahulu dan barulah akan dapat dikenal pada masa sekarang dan zaman Muhammad nanti sehingga sewaktu Muhammad mau menghembuskan nafasnya yang penghabisan dia berpesan bahwa sebenarnya dia itu ada saja tidak oleh karenanya janganlah dia diada-adakan lagi sehingga menjadi penggoda bagi para manusia yang masih sempit fikirnya dan dangkal fahamnya.
Demikianlah faham Muhammad tingkat dua nanti. Adapun Muhammad yang tingkat itu sebenarnya masih dirahasiakan oleh Tuhan. Tapi oleh sebab rahasia itu tidak ada dan yang ada hanya Tuhan sendiri maka sebaiknyalah manusia memperteguh keyakinannya hanya kepada Tuhan saja sehingga sanggup berpadu dengan Nya dan sanggup pula mengetahui segala sesuatu kadar kekuatan kesanggupan berpadu itu. Demikianlah rahasia Tuhan tak kan ada yang sanggup menggapai kecuali yang dikehendaki oleh Allah yakni mereka yang telah sanggup menyeberangi jembatan SIRATAL MUSTAKIM dimana segala goda bencana membanjir bersusun timbun harus dibersihkan dengan seksama, dipulangkan kembali kepada Tuhannya.
Adapun tentang Siratal Mustakim itu telah pula kami paparkan dalam buku yang berjudul RAHASIA HIDUP. Barang siapa yang sudah pernah membaca buku itu sebenarnya sudahlah ia memahami tentang Jiwa Muhammad ini, tetapi manakala belum itupun tidak mengapa dikarenakan Tuhanpun berkuasa membikin faham yang bagainanapun sifatnya, percaya maupun tidak, setengah percaya, seperempat, seperseribu maupun yang lari dari kepercayaan dan membikin kepercayaan baru lagi yang lain sifatnya tapi itu semuanya adalah sebenarnya wajar jadi jangan diherankan lagi. Tapi toh kalau mau heran juga maka Tuhanpun berkehendak demikian pula. Inilah dia faham Muhammad yang kedua. Adapaun tentang adanya faham yang memaparkan bahwa Muhammad itu adalah penyudah bagi segala sesuatu maka sebenarnya itu adalah faham yang sesat jangan diturut, dikarenakan faham itu adalah musyrik sehingga sampai sekarang sebenarnya kalau anda bisa menyatai pula tidaklah kurang dari pada SERIBU MUHAMMAD PALSU bikinan manusia yang sudah menyanjung-nyanjung dia sebegitu rupa sehingga Muhammad sendiri menjadi kewalahan untuk memberantasnya di Alam kubur. Mereka Muhammad-Muhammad palsu itu berkeliaran kesana kemari menghembus-hembuskan fitnah agar supaya manusia percaya hanya kepada Muhammad saja dan jangan kepada yang lain walaupun Tuhan sendiri.
Barang siapa yang sanggup silakan menyatakan sendiri benar tidaknya uraian kami ini, dikarenakan inipun sebagai cobaan pula bagi manusia sempurna yang harus melalui coba pula dengan cara digoda oleh Muhammad palsu. Muhammad palsu ini terjadi dari pada kekuatan - kekuatan sanjungan kepadanya yang sudah sekian lamanya abad demi abad bertambah-tambah sehingga kemurnian ikhtikad menjadi terancam karenanya. Maka lebih dari seribu Muhammad menjadi penghalang bagi para calon manusia sempurna sebagaimana Ibrahim menjadi penghalang pula dengan cara yang tidak langsung yakni IFRIT yakni semacam jin yang sangat licinnya sehingga Ibrahim sendiri dulu dikalahkannya meminta tolong kepadanya untuk mengusir jin-jin gurun pasir.
Inilah sebabnya maka para manusia sempurna sekarang ini mesti juga sering mengalami percobaan dari Muhammad palsu serta IFRIT juga Malaikat Jibril. Dikarenakan kesombongannya sebagai malaikat penyampai wahyu bagi Muhammad maka Jibril sangatlah geramnya terhadap manusia sempurna sehingga iapun sering menggoda pula. Demikianlah maka manusia sempurna mendapat cobaan yang berat juga, dikarenakan memang demikianlah kehendak Tuhan membikin ADAM MA’RIFAT dimana manusia bisa langsung berhubungan sendiri dengan Tuhannya tanpa perantara Malaikat maupun yang lainnya lagi.
Demikianlah maka Jiwa Muhammad itu masih sangat mengkhawatirkan, bisa menimbulkan Muhammad-Muhammad palsu yang sekian banyaknya sehingga membikin keruh ikhtikad manusia. Oleh karenanya sudahlah selayaknya harus dikurangi apapula kalau dapat menghilangkan sama sekali itu lebih baik sehingga ikhtikad manusia kepada Tuhan menjadi lebih murni lagi. Demikianlah keadaannya hendaklah dimaklumi.
Adapun manusia sempurna itu sebenarnay sudah bukan manusia lagi, sudah meningkat pada derajad Ke Tuhanan, maka sebenarnya bukanlah lagi mereka itu sebagai contoh ataupun teladan, tetapi harus dianggap tidak ada saja, sebab yang ada hanya Tuhan saja dan segalanya adalah Tuhan tiada lain. Disinilah perbedaan Nabi dan manusia sempurna yakni pada pokoknya Nabi itu ada dan manusia sempurna itu tidak ada. Maka bereslah soalnya yakni tak ada yang menganggap lagi ikhtikad manusia sehinggapun manusia sendiri merasa lega dapat berhubungan dengan apa saja dan dunia sudah menjadi sepi dari pada perhatian, sehingga perhatian hanya tertuju kepada Tuhan tidada lain. Apakah dengan demikian dunia lantas menjadi rusak tidak terurus ? O janganlah segoblok itu benar, bahkan dunia akan menjadi indah dan tinggi mutunya kian meningkat dan meningkat sehingga akhirnya bisa menjadi surga yang luhur. Demikianlah keadaannya hendaklah dimaklumi.
Adapun manusia sempurna yang sekarang ini sebenarnya belumlah seberapa tingkatannya, kecuali mana yang telah dikehendaki Tuhan. Tapi walaupun begitu dunia ini akan makin bertambah maju sehingga tidaklah lagi mesti membawa-bawa nama-nama keluarga maupun bangsa apa pula ningrat dan bukan lagi dikarenakan kemewahan hidup maupun kenikmatannya bahkan perhatian ditujukan kepada yang membikin dunia dan kenikmatan itu sendiri. Sebab teranglah sudah bahwa apa yang menciptakan nikmat itu akan lebih nikmat dari pada nikmat itu sendiri, malahan lebih lagi yakni nikmat yang bukan nikmat lagi tapi penuh pula dengan manfaat yang tak sanggup lagi dilukiskan dengan kata-kata bahkan harus dirasainya sendiri.
Demikianlah keadaannya hendaklah dimaklumi bahwa perasaan dan yang dirasai begitupun yang selainnya sudah terdapat dalam Tuhan semuanya. Maka apakah alasannya akan mencari yang lain ? Sedangkan yang lain itu sebenarnya sudah berada di sana semua. Maka sebenarnya sana dan sini pun menjadi sama tidak ada semua hanya Tuhan saja yang ada membikin sana dan sini. Inilah pula termasuk hal-hal yang menjadi ikhtikad manusia sempurna juga tingkat Jiwa Muhammad kedua.
Sebenarnya cukuplah sampai sekian dulu keterangan tentang Jiwa Muhammad kedua tapi oleh karena sampai dan tidak sampai itu sama karenanya bisalah juga diteruskan demikian :
Sebermula Muhammad adalah tidak ada. Maka Tuhanpun berkehendak mengadakannya. Maka Muhammadpun menjadi ada yakni di ALAM PALIMUNAN atau ALAM ARWAH dan masih berujud NUR atau CAHAYA. Maka Tuhanpun berkehendak pula menyempurnakan cahaya itu kepada benda, yakni sesuatu yang demikian sifatnya hingga manusia bisa menyebut bahwa dia itu benda. Maka bendapun berada dalam cahaya dan cahaya berada dalam Tuhan. Maka sendirinya bendapun berada dalam Tuhan.
Keterangan ini semua adalah salah tapi benar juga, sebab salah dan benar itu sama, oleh karenanya tidaklah perlu dipertengkarkan karena semuanya sama berasal dari Tuhan melulu tiada yang lain. Oleh sebab itu sudah sewajarnyalah Muhammad itu tidak ada sebab dia itu ada, dengan arti kata ada sama dengan tidak ada, dikarenakan ada disini adalah diadakan bukan berada dalam keadaannya sendiri sebagaimana adanya Tuhan. Maka sudahlah selayaknya manusia mengerti bahwa sebenarnya Muhammad adalah manusia juga seperti yang lainnya yang ada dengan tidak sengajapun sengaja juga bisa andaikata Tuhan mau, tetapi Tuhan tidaklah bermau demikian melainkan berkehendak supaya segalanya ini sama tidak ada semua dan hanya Tuhanlah yang ada mengadakan ada dan yang selainnya, dikarenakan kekuasaannya mempunyai sir yang demikian. Maka sudahlah selayaknya manusia ini yang ada maupun tidak adanya tergantung pada Tuhan melulu, menyadari bahwa kesadarannya itupun hanya hukum pula yakni peraturan yang sedemikian rupa sehingga tak bisa berbuat lain kecuali hanya menyerah belaka.
Manakala manusia sudah sampai kepada faham yang demikian maka iapun menjadi sempurna juga yankni sama dengan Muhammad tingkat dua nanti. Inilah ilmu dari Tuhan, barangsiapa yang mau hendaklah percaya dan barangsiapa yang tidak hendaklah jangan percaya, sebab percaya maupun tidak sama saja bagi Tuhan, kemauan Nya sendiri pula. Hanya saja manakala manusia tidak percaya maka iapun harus bertanggung jawab terhadap ketidak percayaan itu sehingga walaupun terpaksa mesti dibasuh dengan api neraka sekalipun, itulah resikonya.
Oleh karenanya sebenarnya gampang saja hidup ini percaya pada Tuhan atau tidak dua-duanya boleh-boleh saja, tapi awas tanggung jawabnya. Manusia yang percaya hanya kepada Tuhan saja sedang kepada dirinya sendiripun tidak maka dengan sendirinya Tuhanlah yang menanggung jawab dan bukan dirinya sendiri yang memang tidak ada itu. Tapi bagi manusia yang merasa ada dan tidak percaya pada Tuhan maka dengan sendirinya dia mesti menanggung jawab terhadap kepercayaannya itu mau tidak mau. Jadi berarti terpaksa demikian tak bisa lain. Sebab dia ada maupun tidak bukanlah kemauannya sendiri jadi terpaksa harus mengalami apa akibatnya. Demikianlah hukum dari Tuhan berlaku dan terserahlah pada Nya juga mau berlaku terus atau berhenti atau setengah-setengah atau keluar sama sekali dari kebiasaan hukum itu. Itu adalah sir Tuhan sendiri tiada lain. Inilah dia kepercayaan manusia sempurna juga Muhammad tingkat dua, tapi andaikata ada manusia yang percaya maupun tidak percaya itu juga boleh-boleh saja dengan aturan atau kaidah sebagaimana yang tersebut di atas.
Demikianlah maka tiada habis-habisnya soal ini bila dibicarakan terus menerus, karena memang demikianlah keadaannya, tiada dibikin buntu oleh Tuhan melainkan manakala Tuhan mau. Tapi rupanya Tuhan belumlah bermau demikian yakni merobah atau menambah hukum itu. Maka sudahlah sewajarnya kita manusia yang sudah memahaminya cukup dengan menyudahinya dengan cara berserah diri bulat-bulat pada Nya, maka niscayalah Tuhan nanti akan segera mengirimkan cahayanya yakni wahyu guna menuntun hidup kita ini selanjutnya, makin berserah diri makin tinggi taraf wahyu yang kita terima sehingga tiadalah soal lain yang harus diperhatikan kecuali hanya itu yakni menuruti perintah Tuhan semata sehingga akhirnya bisalah pula kita mencapai derajad yang tinggi dan mungkin sanggup juga merasuk dalam jantung Tuhan sekali. Demikianlah keadaannya hendaklah dimaklumi.
(bersambung ke Bagian 5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar