Selasa, 30 Desember 2008

Jiwa Muhammad: Bagian 3

Sebermula maka adalah suatu cerita Muhammad adalah manusia yang istimewa. Keistimewaannya terletak pada daya yang ada padanya, yakni daya bahwa siapa-siapa yang memandang padanya mesti tertarik. Ini adalah cerita yang nyata, artinya bukan bikin-bikinan dan bukan pula lebih-lebihan melainkan tepat apa adanya. Tetapi pada suatu hari Muhammad sendiri melihat manusia yang persis dirinya tetapi lebih menarik lagi bahkan berlebih-lebih. Maka iapun lantas bertanya kepada manusia di kampung yang berpangkat Kidir. Maka didapatnya keterangan bahwa apa yang dilihatnya itu adalah dia sendiri pada saat nantinya yakni saat ia Muhammad sudah lahir kembali di hari kiamat. Maka Muhammad pun menjadi bingung, betapa mungkin Tuhan membikin manusia yang serupa benar tetapi lain rasanya lain apa-apanya lain tingkatan kejiwaannya padahal yang itu-itu juga tiada lain. Maka Tuhanpun bersabda dalam Al Qur’an. Bahwasanya aku ini adalah berkuasa dan kuasaku tiadalah berwatas, tetapi bukanlah kami telah berkata bahwa sebenarnya manusia ini sama, terbikin dari darah segumpal yang ia hidupkan dalam rahim, maka itu segeralah sujud pada Tuhan mu agar supaya dapat pula petunjuk yang lurus.
Tetapi ayat ini tidaklah terdapat di dalam Al Qur’an dikarenakan kemauan Tuhan juga, sebab manakala tercantum benar-benar disana bersama dengan ayat yang lain-lain nanti akan ternyata bahwa ayat yang lain-lain itu kurang berharga, lagi pula niscaya manusia akan membantahnya dikarenakan kebodohannya belum bisa menerima kebenaran yang sejati. Oleh karenanya maka manusia pada zaman itu belumlah sanggup melebihi Muhammad dikarenakan masih sangat sayangnya kepada Muhammad sendiri yang sangat menarik perhatian. Oleh sebab itu tahulah sekarang apa yang kami maksud dengan kata-kata Muhammad yakni yang terpuji, padahal : SEGALA PUJI BAGI ALLAH, maka jelas Muhammad adalah menyalahi sendiri. Jadi ikhtikad Muhammad itu sebenarnya masih menghambat pertemuan manusia dengan Tuhannya, walaupun pada dasarnya dia sendiri menganjurkan dan berusaha sendiri pula untuk dapat seperti Nabi-Nabi yang dahulu kala setidaknya seperti Ibrahim. Jelaslah sudah kini kenapa do’a shalatnya selalu pula menyebut-nyebut Ibrahim maupun yang lainnya yang sudah mendapat nikmat dari Tuhannya dan bukan yang mendapat murka apapula yang sesat.
Jadi Muhammad sendiri mengakui bahwa masih kurang oleh sebab itu janganlah manusia suka melebih-lebihkan agar tiada menjadi orang yang berlebih-lebihan. Oleh karena Muhammad sendiri merasai kekurangannya maka sudahlah selayaknya manusia yang sudah sadar jiwanya tidak lagi mengandalkan hanya kepada Muhammad saja tetapi terus langsung kepada Tuhannya sebagaimana pula Muhammad sendiri sudah memberi contoh.
Jadi bukanlah Muhammad itu diutus untuk disanjung-sanjung melainkan untuk meninggikan martabat manusia di zaman kemunduran yang amat, yakni zaman manusia sangat terpikat pada dunia. Dikarenakan hal-hal yang sangat rumit sifatnya maka kami tiadalah sanggup menguraikan hal-hal yang kurang baik pada Muhammad kecuali manakala perlu, disebabkan sudah saatnya bahwa manusia-manusia kini harus bisa melebihi Muhammad setidak-tidaknya menyamai yakni yang menganggap dia sebagai teladan yang baik. Tetapi manakala Tuhan mau tiap-tiap manusia niscaya mengerti sendiri, diberitahu oleh Tuhan masing-masingnya tentang kekurangan-kekurangan itu sehingga tidaklah usah mendapatkan keterangan dari orang lain yang sebenarnya bisa juga bohong atau berlebih atau berkurang. Tetapi apa yang diterima dari Tuhanntya sudahlah hal yang sepatutnya menurut kadar kuatnya menerima sepanjang iradat Tuhan sendiri juga.
Bagi setiap manusia sempurna hal begini adalah lumrah yakni sudah umum bisa dialami setiap waktu, yakni waktu yang sudah bukan waktu lagi melainkan keabadian baginya. Manusia sempurna sudah sanggup meningkatkan waktu menjadi abadi, inilah hal yang wajar tetapi juga tidak, sebab abadi itupun hanya hukum pula terserah pada Tuhan. Maka sudahlah sewajarnya pula hanya Tuhan sajalah yang ada dan yang lain itu terserah pada Nya juga.
Pada suatu hari Nabi Muhammad bertemu dengan Kidir dan bertanya : apakah yang menyebabkan maka saya tidak dapat berhadapan dengan Tuhanku ? Kidir menjawab : Sebab tuan-hamba adalah sangat terpuji. Maka Muhammad pun tunduk kemalu-maluan merah padam mukanya lantas sujud menangis. Maka Tuhanpun berkata bahwa sebenarnya Muhammad itu adalah Nabi pilihan dan Rasul pilihan juga, oleh sebab itu tidaklah selayaknya menangis. Maka Muhammadpun bangun mendengar suara itu dalam jiwanya. Maka jelaslah kini bahwa Muhammad adalah manusia dan Nabi dan Rasul yang terpilih oleh sebab itu jelaslah sudah martabatnya. Maka tiadalah bisa diragukan lagi kebenaran kata-katanya maupun segala tindak-tanduknya. Manakala manusia sudah maklum bahwa sebenarnya Muhammad itu sendiri adalah manusia dan Nabi dan Rasul yang pilihan maka sendirinya akan memilih sebagai teladan maupun obor di dalam menerangi jalan hidupnya. Itu adalah wajar dan memang sudah sepantasnya.
Tetapi kini soalnya sudah lain lagi. Manusia di zaman yang terakhir ini sudah mengalami kemajuan-kemajuan dalam beberapa lapangan dimana manusia-manusia zaman Muhammad masih belum sanggup menggapainya, terutama dalam lapangan kejiwaan. Oleh karenanya sudahlah sepantasnya bahwa manusia sekarang tidaklah lagi terikat pada apa yang telah diperbuat oleh Muhammad pada zamannya, tetapi justru harus berani bertindak maju setaraf dengan keadaannya dewasa ini yakni waktu yang sudah bukan waktu lagi, zaman yang sudah berakhir. Manakala manusia sudah mendalami tentang keadaan hukum dunia ini maka niscaya segera akan diketahuinya bahwa segalanya ini palsu belaka hanya terikat pada tabir yang sebenarnya juga palsu dan hanya Tuhan sendirilah yang ada tiada lain. Maka akan segera diungkapkan segala yang belum terungkap di zaman Muhammad yakni misalnya tentang ALAM ARWAH, ALAM MALAKUT, ALAM IRADAH yakni KEMAUAN TUHAN, ALAM TAKDIR atau LAUH ALMAHFUDH, ALAM AKHIRAT maupun yang lain-lain yang tiada terbilang jumlahnya, sebab sudah bukan bangsanya hitungan lagi martabatnya, melainkan harus dijelajahi sendiri dengan jiwa maka baru dapat.
Oleh sebab itu sudahlah selayaknya manusia di zaman sekarang mengerti tentang keadaan-keadaan yang sebebanrnya belum bisa dijelajahi oleh Muhammad sendiri maupun para sahabatnya dan umatnya di zaman itu yakni selagi Muhammad masih hidup. Kalau dahulu diartikan sebagai yang sebenarnya yakni letter lijck tetapi sekarang sudah dipersamakan saja hidup dan mati dan yang ada hanya hidup agung yang sebenarnya masih juga palsu andaikata yang didalami dan hanya Tuhanlah yang ada dan yang kuasa juga tidak ada sepanjang kemauan Nya yang pula Dia sendirilah yang membikin ada dan tidak ada terserah pada Nya mau ada maupun tidak. Faham yang begini andaikata diumumkan pada zamannya niscaya manusia belum bisa menerimanya, bisa juga menjadi gila semuanya sedangpun kebanyakan dari manusia zaman sekarang masih belum juga banyak yang kuat sampai sekian. Hanya saja sudah sanggup menerima ala kadarnya akan hal-hal yang sudah lebih maju dari pada zaman Muhammad, itupun tergantung pada kemauan Tuhan pula. Manakala Tuhan mau maka segalanya terjadi pula. Siapakah yang sanggup menghalangi kemauan Tuhan ?
Sebenarnya bukanlah soal yang aneh lagi manakala manusia di zaman kini bisa berwawancara sendiri dengan Tuhannya, dikarenakan sudah sanggup meniti SIRATAL MUSTAKIM sehingga selesai sudah tugas hidupnya yakni kembali pada Tuhannya dan bukanlah tersangkut pada dunia ini maupun alam yang lain-lain walau akhirat dan sorga neraka sekalipun. Hal-hal yang begini sudah pula kami paparkan dalam buku yang berjudul RAHASIA HIDUP.
Kini kami melanjutkan lagi soal Jiwa Muhammad, yang sebenarnya kini sudah ketinggalan zaman, sudah mulai kendor semangatnya dikarenakan memang hanya harus sampai sekian yakni sampai akhir zaman. Padahal kini zaman itu sudah mulai berakhir dan masih juga akan terus berjalan sampai pada akhirnya pula, yakni keabadian dimana tiap-tiap sesuatu sudah menjadi bersifat abadi. Faham begini niscaya pula dibohongkan orang pada zaman Muhammad, sebab manusia belum pada bisa merasakan keabadian, belum sanggup menjangkau ke akhirat belum mencicipi surga maupun neraka, belum pula dapat mati dan hidup kembali mana suka, apalagi masuk ke jantung Tuhan, sama sekali belum. Oleh sebab itu amatlah sangat miskinnya jiwanya sehingga sewaktu melihat keindahan dunia ini sudah menjadi sangat silau sehingga jiwa raganya terpaut hanya kepada dunia saja, karena belum melihat atau menyatakan yang lebih dari pada itu. Manakala manusia sudah sanggup mencerapi kenikmatan yang kekal yakni nikmat ukhrawi niscaya tak mau lagi dipikat oleh nikmat duniawi yang hanya sekejab kemudian lenyap.
Pada zaman dahulu yakni zaman NUH, manusia sudah sanggup mencicipi surga pula sebagaimana manusia di zaman sekarang nanti, tetapi tarafnyapun sebenarnya lain pula dikarenakan fitrat kemanusiaannya masih lain dengan yang sekarang yang sudah lebih banyak usia, banyak pengalaman yang dideritanya, maka kembalilah manusia di zaman sekarang ini kepada Tuhannya denga nilai yang lebih tinggi. Manakala Tuhan mau bagaimanapun bisa terjadi, tetapi Tuhan tidaklah berkemauan demikian bahkan selalu masih mempergunakan hukum itu kecuali terhadap beberapa orang yang menjadi kehendak hatinya hati Tuhan sendiri. Misalnya Muhammad dan beberapa orang di zaman antara IDRIS dan NUH. Maka bagi mereka itu Tuhan membikin aturan yang lain yakni JIWA ISTIMEWA. Sekiranya Tuhan mau niscaya dibikinnya pula keistimewaan lagi diantara yang istimewa itu atau lebih istimewa dari istimewa, tetapi Tuhanpun maklum pula bahwa sebenarnya itu tidaklah perlu, sebab sebenarnya istimewa maupun tidak sama saja yalah sepanjang kemauan Nya juga. Disini letak faham manusia sempurna yang sudah mempersamakan segalanya dengan SIR ALLAH, bahkan sebenarnya yang ada hanyalah SIR ALLAH sendiri. Tetapi andaikata kami terangkan dari sudut manusia sempurna yang sudah tinggi tingkatnya taklah ada lagi yang akan diterangkan, sebab bagi mereka yang sudah sanggup bersatu padu dengan Tuhan, tak lagi membutuhkan keterangan yang macam manapun. Semuanya sudah berada di Tuhan sendiri pokok pangkal segala persoalan dan cabang rantingnya sekali juga daun-daunnya yang sudah kering berguguran juga pupuk-pupuknya tak ada yang ketinggalan sudah tersedia semuanya.
Jadi keterangan kami disini adalah untuk mereka yang masih membutuhkan keterangan dimana dengan keterangan itu nantinya bisa memahami dengan tepat maksud hidupnya yakni pada jalan yang lurus menuju Tuhannya tiada lagi terseleweng ke lain-lain. Inilah tugas kami sebagai manusia yaitu membimbing yang lainnya pada jalan yang lurus agar semuanya selamat sampai pada Tuhannya. Adapun mereka yang tak mau itu soal Tuhan sendiri pula, apakah mau ataukah tidak, kami berserah diri. Tugas kamipun sebenarnya hanya itu yakni berserah diri atau ISLAM sama sekali dan bukan tanggung-tanggung lagi sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Muhammad bagi umatnya.
Kami sendiripun termasuk umat Muhammad juga, tetapi sudah mendapat ampunan dari Tuhan dan dilanjutkan jalan kami lebih maju lagi sehingga sanggup masuk ke jantung Tuhan sekali bukan sekedar menghadap. Oleh sebab itu bukanlah soal sembarangan keterangan ini bagi manusia biasa tetapi bagi manusia sempurna yang sudah tinggi tingkatnya adalah hal wajar saja. Maka tidaklah heran manakala bagi umum mungkin kami disebut gila atau entah apa lagi. Tetapi gila atau tidak sebenarnya sama saja bagi kami atau bagi mereka pula yang sudah sanggup keluar dari cengkeraman hukum dunia yakni hukum akal fikiran dan perasaan biasa dimana masih ada hukum benar dan salah, gila dan waras, baik dan buruk. Tetapi bagi kami hukum itu sudah tidak berlaku lagi. Bagi kami yang ada hanya Tuhan yang sudah mengadakan ada dan bukan ada, juga yang selainnya lagi juga yang telah membikin segala sesuatu yang belum bisa dijangkau oleh fikiran dan perasaan manusia, semua itu adalah sebenarnya hanya hukum saja dari Tuhan tiada lain. Tiada semuanya itu menyengaja ada ataupun berpokok ada, melainkan diadakan oleh hukum Tuhan yang sedemikian rupa sehingga menjadi yang demikian tak bisa berbuat maupun berkeadaan lain. Oleh sebab itu sudahlah sewajarnya bahwa segala gerak-gerik kamipun adalah kemauan Tuhan belaka tiada lain. Demikianpun gerak-gerik segala sesuatu.
Sebenarnya kami ini tidak ada, yang ada hanyalah Tuhan sendiri yang sudah mengadakan hukum yang begini rupa tak bisa berkeadaan lain. Oleh sebab itu sudahlah selayaknya bahwa kamipun tidak bertanggung jawab terhadap segala gerak-gerik kami yang mana sebenarnya tak bisa lain kecuali hanya kemauan Tuhan sendiri juga yang mana sebenarnya juga sudah berarti bahwa sebenarnya Tuhan sendirilah penanggung jawab terhadap segala sesuatu dan bukan segala sesuatu itu sendiri yang mesti menanggung jawab.
Andaikata ada manusia yang berpendapat lain maka sebenarnya itupun sepanjang kemauan Tuhan juga masuk neraka maupun surga demikian lagi. Tetapi bagi manusia lain mungkin berpendapat lain pula yakni bahwa apa yang kami utarakan ini adalah pendapat kami sendiri. Sebenarnya inilah suatu kemusyrikan mempersekutukan Tuhan dengan kami, padahal kami ini tidak ada hanya Tuhan saja yang mengadakan kami begini rupa tak bisa berbuat lain. Apakah ada yang bisa berbuat selain Tuhan ? Oleh sebab itu sudahlah selayaknya bahwa manusia berusaha sekuat mungkin untuk segera dapat menyelaraskan diri dengan kemauan Tuhan itu yakni yang bernama ISLAM pula, agar segera dapat lenyap bersatu padu dengan Tuhannya.
Disinilah tujuan hidup yang sebenarnya, JALAN YANG LURUS yang hanya menuju Tuhan saja bukan kepada yang selainnya. Oleh karenanya manakala ada manusia yang mengaku islam tetapi masih belum mau kembali kepada Tuhannya bahkan masih senang kepada dunia, adalah suatu tanda bahwa kematian telah menimpanya dan bahkan lebih lagi, ia telah mati berlapis. Apa yang kami maksud dengan kata mati berlapis-lapis adalah sudah pula kami uraikan dalam buku yang berjudul RAHASIA HIDUP juga pada buku-buku yang lain-lain misalnya ALAM ARWAH, maupun ALAM SEJATI, juga ALAM TUNGGAL yakni ALAM WAHDANIYAT. Tetapi belumlah dapat pada waktu itu manusia mendalami tentang apa arti mati berlapis-lapis, sebagaimana pula belum dapat dinyatainya hidup agung apapula hidup akhirat sehingga Muhammad sendiri mempunyai gambaran yang kurang tepat tentang adanya hari kiamat dimana disebutkan segala alam ini hancur berantakan tiada terkendalikan lagi. Maka alangkah celakanya manusia yang tiada mau percaya kepada adanya hari pembalasan itu padahal sebenarnya tidaklah ada hal yang lebih rumit dari pada memperkatakan hal-hal yang tidak dapat disifatkan dengan hanya melewati kata-kata saja, melainkan harus dialaminya sendiri yakni dengan cara menyatai atau meraga yaitu mentrapkan diri pada keadaan yang semestinya yakni yang dituju.
Dengan demikian maka sudahlah selayaknya manusia zaman sekarang bersyukur pada Tuhannya bahwa sudah banyak yang bisa menyatai hal-hal yang belum dapat diungkapkan oleh Muhammad pada zamannya walaupun pada zaman Nuh hal itu sudah lumrah, artinya bukan suatu keistimewaan lagi.
Maka kini mulailah kami perlu pula memaparkan apa yang disebut dengan kata-kata : WA’MUR BIL MA’RUFI WAN HA’ANIL MUNGKARI, WASBIR ‘ALA MA ASOBAKA, INNA DHALIKA MIN ‘AZMILUMURI. Sebenarnya bukanlah hal yang mudah untuk dapat menafsirkan Qur’an sebagaimana mestinya, Cuma oleh sebab manusia harus pula berbuat dan bukan hanya menunggu-nunggu saja segala sesuatu datang sendiri maka sudahlah selayaknya ia berikhtiar yakni berbuat agar supaya apa yang dimau bisa terlaksana. Demikianlah perbedaan antara faham tingkat umat Muhammad dan Manusia sempurna atau INSAN KAMIL. Pada insan kamil maka sebenarnya ikhtiar itu sudah tidak ada lagi, melainkan sudah BENAR-BENAR ISLAM yakni Berserah diri bulat-bulat keseluruhannya. Jadi apa yang disebut dengan ayat tadi sudahlah tidak berlaku lagi kecuali manakala Tuhan mau yakni diperintahkan langsung kepadanya dengan seketika maka haruslah diperbuatnya suruh itu tanpa tangguh lagi dan tidak pula itu kemauannya sendiri melainkan kemauan Tuhan pula yang berkemauan dan yang berbuat sekali.
Sebenarnya Jiwa Muhammad adalah jiwa yang sudah lebih maju dari pada Jiwa MUSA yakni Jiwa manusia biasa yang masih menghendaki petunjuk yang sangat sederhana seumpama soal ujud atau rupa Allah, padahal Jiwa Muhammad sudah mengetahui bahwa tidaklah serupa dengan apa juapun. Walaupun begitu sewaktu Muhammad Mi’radj maka sebenarnya dia masih terkicuh oleh penglihatan jiwanya bahwa Tuhan adalah menyerupai cahaya yang sangat dahsyat yang mendekat dengan kehebatan yang bukan main. Maka iapun lantas tertiarap sujud tiada tahan lagi.
Demikianlah Jiwa Muhammad. Adapun Jiwa manusia sempurna lain lagi. Yakni jiwa yang bukan jiwa lagi melainkan sudah tingkat keTuhanan. Maka Jiwa ini sudah sanggup memperalat atau mempergunakan cahaya yang mendekat pada Muhammad yang sebenarnya masih cahaya dan belumlah Tuhan sendiri. Manakala manusia sudah sanggup mempergunakan cahaya ini maka iapun sudah merasuk KeTuhanan pula walau seberapa. Tetapi manakala belum sanggup maka sebenarnya kemanusiaannya belumlah tersedia untuk meningkat kepada tingkat KeTuhanan. Cahaya inilah yang kini perlu diperkembangkan guna membangun kehidupan yang agung yakni kehidupannya para manusia sempurna yang sudah sampai pada saatnya untuk kembali pada Tuhannya.
Cahaya inilah pula yang sekarang harus dipergunakan guna menerangi jalan hidup manusia dan bukan hanya akal fikiran dan perasaan biasa lagi, tapi ini adalah suatu mukjizat yang memang sudah sewajarnya sebagai perkembangan hidup kemanusiaan meningkat kepada hidup KeTuhanan yang harus segera merata di seluruh bumi hingga kemudian merembet ke Planit-planit yang lain di seluruh BIMA SAKTI.
Herankah anda andaikata ada manusia yang sanggup mengembara ke Planit lain maupun TATA SURYA lain bahkan GALAKSI yang lain dengan mempergunakan cahaya Tuhan tersebut ? Kini hal itu sudahlah sewajarnya sudah waktunya. Oleh sebab itu janganlah ayal lagi segeralah mempertinggi mutu iman anda pada Tuhan dengan cara BERSERAH DIRI KESELURUHANNYA dan jangan tanggung-tanggung seperti dahulu lagi, Jiwa Muhammad yang masih berhenti pada akhirat belum merasuk pada Tuhan sendiri.
Sebenarnya bukanlah hal yang aneh lagi bahwa kini manusia sudah sanggup pula bercengkerama ke alam yang lain-lain, KE ALAM MALAKUT, KE ALAM JABARUT, KE ALAM INAYAT bahkan sanggup pula KE ALAM MANAR yakni ALAM CAHAYA yang bukan lagi cahaya dunia dan akhirat melainkan sudah pula berlainan taraf.
Demikianlah keadaannya maka janganlah hendaknya anda mencoba menghambat kemauan Tuhan sehingga anda sendiri yang akan hancur lebur disiksa neraka yang panasnya melebihi matahari. Itupun neraka yang paling ringan, adapun yang paling berat tak lah sanggup manusia membayangkannya hanya harus mengalami sendiri baru dapat.
Pada waktu sekarang ini alam inayat itu sudah banyak pula yang sanggup menggapainya walaupun tepinya tetapi yang intinya adalah sangat jauh dari jangkauan manusia biasa. Jiwa Muhammad pernah juga mencicipi alam ini walaupun seberapa, tetapi belumlah sanggup merasuk kedalamnya sama sekali. ALAM INAYAT adalah perantara dari pada Alam dunia dan Alam akhirat tetapi berat kepada akhiratnya. Manakala Tuhan mau tiap manusia sanggup pula mencicipi alam ini, sebab tingkatnya belumlah sebegitu jauh sehingga siapa juga yang mau benar-benar bisa juga sampai. Inilah daerah yang paling gampang dijangkau oleh umat Muhammad dan dari sana gampang nanti meraih pula ke alam lain. Tetapi itu semua adalah sepanjang iradat Tuhan juga sebagaimana ikhtikad yang benar-benar berkata bahwa tak satupun yang ada melainkan Allah, sebenarnya yang ada hanyalah Tuhan sendiri. Ikhtikad ini adalah Ikhtikad manusia sempurna dimana Jiwa Muhammad belum sanggup. Jiwa Muhammad baru sanggup menggapai Alam Akhirat itupun belum seberapa tinggi, sehingga Muhammad sendiri pada saat ini baru sanggup mencapai tingkat yang KELIMA BELAS dari pada lapisan langit, tetapi para sahabatnya banyak juga yang malahan sudah lebih seperti ALI bin ABI THALIB sudah sampai ke tingkat 27 hampir sama dengan IBRAHIM, begitupun UMAR dan ABU BAKAR masing-masing di tingkat 22 dan 24. Barang siapa yang sanggup silakan menyatainya. Tetapi andaikata kami terangkan bahwa AISYAH sendiri yaitu isteri NABI berada pada lapis bumi yang ke 2 jangankan lapis langit, apakah anda bisa menerima ? Maka seyogyanyalah segera manusia bisa menyatakan alam kubur sehingga bisa tahu mutu jiwa yang sebenarnya dan bukan dikelabuhi oleh macam-macam tabir palsu yang menghambat pemandangan yang sejati.
Pada waktu manusia mati sebenarnya ia adalah masih hidup juga yakni kejiwaannya dan bukan keduniaannya. Keduniaannya sudah berganti rupa menjadi bangkai menjadi tanah atau apalagi, tetapi jiwanya tetap masih berada di alam ini juga, yakni alam jiwa dimana tidak ada hidup dan mati dan yang ada hanya mengalami tidak bisa mendebat lagi apapula merobahnya. Sedangpun di dunia ini seolah-olah manusia mempunyai kekuatan merobah atau menambah, yang sebenarnya hanya pengakuan saja, tetapi di alam kejiwaan maka sama sekali tak ada pengakuan itu yang ada hanya pengalaman paksa yang tak dapat disingkiri. Herankah anda andaikata ada jiwa manusia yang sewaktu hidupnya menjadi Raja tetapi serenta mati jiwanya melata-lata dalam pelimbahan seperti cacing. Seorang kere kurapan sewaktu hidupnya tetapi bareng mati menjadi raja diantara jiwa-jiwa yang sekian banyaknya.
Maka adalah cerita dahulu kala seorang perantau yang mati di ujung dunia maka matinya itu adalah suatu pertanda bahwa perjalannya sudah berakhir tetapi heran bahwa ia masih berjalan terus saja tiada berhenti walaupun sesaat. Ini adalah suatu misal saja dan buka cerita, tapi andaikata ada kejadian yang demikian itu adalah wajar. Oleh karenanya jiwa manusia itu adalah laksana intan, manakala selalu digosok sewaktu hidupnya maka setelah mati akan tambah berkilat dan digosok terus tiada henti-henti. Tetapi jiwa Bajingan bareng mati menjadi buaya dan bahkan tambah lagi makin merosot dikarenakan selalu makan bangkai. Manakala manusia sadar akan hal ini maka sudahlah selayaknya bahwa keadaannya akan bisa kembali bertambah baik dan bukan bertambah buruk.
Dikarenakan oleh hal-hal yang kurang perlu maka sebenarnya manusia seharusnya mengerti bahwa dirinya itu adalah Tuhan sendiri dengan arti kata yang sebenarnya. Maka apakah ia manusia ataukah Tuhan itu terletak faham itu yakni sudah kuat menerima atau belum. Andaikata belum suatu tanda bahwa memang belum kuat, tapi kalau sudah adalah berarti bahwa Tuhan memang sudah berkehendak demikian atasnya. Oleh karenanya maka iapun segera bangkit mengatur dan diatur dan tidaklah lagi membedakan suatu apapun di seluruh jagad ini yang semuanya dianggap sama saja yakni tidak ada dan yang ada hanya Tuhan sendiri yang sudah berkemauan begitu rupa sehingga kita tak bisa berbuat lain. Sebab segala perbuatan itupun adalah baku dari Tuhan semua. Maka apakah yang harus dituju di dalam hidup ini ? tak ada, kecuali hanya melenyapkan dirinya ke dalam Tuhan sekali agar supaya sempurna kejadiannya bukan hidup mati lagi dan bukan pula hanya keabadian. Tuhanlah juga yang menciptakan keabadian itu dan kuasa juga berbuat lain. Maka apakah alasannya bahwa manusia harus takut mengakui demikian ? Apakah abadi itu lebih kuasa dari pada Tuhan ? Apakah ada sifat Tuhan itu yang mengikat pada Nya ? Niscaya tidak, bahkan Tuhanlah yang mengikat segalanya dan bukanlah suatu kemustahilan andaikata manusia bisa juga berbuat seperti Tuhan ataupun Tuhan berbuat seperti manusia. Sebab sebenarnya semuanya ini tidak ada dan yang ada hanya Tuhan saja. Karenanya sama saja apa saja dan bagaimana jugapun.
Oleh sebab itu semua manusia mestilah segera menyadari akan hal ini sehingga seketika bisa meningkat menjadi lebih sempurna lagi. Andaikata belum sanggup janganlah berusaha memaksa diri nanti akan menjadi salah tuju sehingga bisa juga gagal apa yang dimau yakni yang dimau oleh Tuhan sendiri juga.
Apakah anda mengira bahwa Tuhan itu tidak kuasa gagal kemauannya ? Adalah keliru sekali fikiran anda andaikata demikian. Tuhan adalah segalanya, kegagalan, maupun kelangsungan sama saja baginya tiada lain. Oleh karenanya janganlah membatasi Tuhan pada hal-hal yang baik-baik saja. Lantas siapakah yang menciptakan hal yang buruk ? Adakah sendiri Tuhannya si keburukan ? Maka berfahamlah setepatnya agar jangan anda sesat setelah sekian lama hidup di dunia ini bahkan sudah berpuluh kali bahkan mungkin beratus beribu kali. Inilah dia faham yang lurus jujur dan tidak mengelak, menyeleweng maupun sesat. Oleh sebab itu turutilah ia seberapa dapat agar pula meningkat jiwa anda seberapa mungkin, syukur sanggup merasuk jantung Tuhan sendiri yang selalu dibukanya untuk setiap sesuatu bukan hanya manusia saja dan manusia adalah salah satunya yang terbaik untuk merasuk ke jantung Tuhan dikarenakan Tuhan sendiri yang berkehendak demikian. Andaikata ada yang berpendapat lain, maka pendapat itu adalah benar juga yakni sepanjang kemauan Tuhan dan bukan kemauan manusia itu sendiri sehingga sebenarnya manusia bukanlah manusia andaikata mempunyai faham sendiri. Demikianlah faham kami ini bukanlah kami yang menuntunnya melainkan Tuhan sendiri yang berbuat dan diperbuat juga perbuatan itu sendiri.
Demikianlah keadaannya. Andaikata ada yang hendak mendebat maka itu adalah kemauan Tuhan juga tiadalah perlu dilayani lagi. Siapakah yang bisa melawan Tuhan ? Maka sebenarnya Tuhanlah yang harus melawannya pula dan bukan kami. Disinilah letak rahasia itu. Oleh karenanya menjadi sulit dan rumit manakala belum tahu. Tapi andaikata sulit maupun rumit itu sudah dianggap tidak ada maka segeralah akan sampai pula faham itu kepada kesempurnaan dan tidak ada lagi hal-hal yang harus dipertengkarkan melainkan berjalan sendiri pada jalan yang sudah diatur oleh Tuhan dan bukanlah kami yang harus mengaturnya. Tapi andaikata kami mendapat perintah untuk mengatur yang diatur juga pengaturan dan peraturan itu sendiri adalah Tuhan semata. Maka jelaslah bahwa manusia tak bisa berbuat lain. Oleh karenanya janganlah mencoba menyangkal nanti bisa keliru. Tapi andaikata anda terpaksa menyangkal juga suatu tanda bahwa itu suatu kemauan Tuhan, serahkanlah kepada Tuhan sendiri dan nanti akan beres dengan sendirinya. Demikianlah rahasianya, hendaklah dimaklumi.
Kini selesailah sudah uraian tentang Jiwa Muhammad tingkat satu dan nanti akan kami lanjutkan pula pada tingkat yang kedua dimana manusi belum banyak yang sanggup mengalami apapula melebihinya. Bagi manusia sempurna sebenarnya tingkat-tingkat sudah harus tidak ada. Tapi andaikata toh harus ada maka sebenarnya itu adalah kemauan Tuhan juga, maka hendaklah kita bersandar diri jangan mengaku lagi agar supaya kekeliruan tiada diperbuat sehingga kepanjang-panjang menjadi lebih sesat lagi.
(bersambung ke Bagian 4)

2 komentar:

  1. SANGAT INGIN BERKENALAN DENGAN BAPAK RUSTAMAJI, DIMANA?

    BalasHapus
  2. Rustamaji itu tidak ada yang ada hanya Tuhan, sebenarnya segalanya ini yang ada hanya Tuhan tiada yang lain, meskipun ada yang lain itu semua terserah Tuhan

    BalasHapus