Selasa, 30 Desember 2008

Jiwa Muhammad: Bagian 5; Keterangan

Sebenarnya jiwa Muhammad itu adalah jiwa yang sangat sederhana sifatnya yakni hanya dua sifat saja yang mempengaruhinya, yakni BENAR dan SALAH. Lain dengan JIWA RUSTAMAJI yang tidak mempunyai sifat sama sekali sebab sudah sanggup berpadu dengan Tuhannya. Apakah ia mau ada maupun tidak mau berujud kasar maupun halus, mau berdiri sendiri ataukah didirikan sudahlah tidak ada bedanya. Juga dikarenakan hal-hal yang tidak bisa diterangkan maka sebenarnya samalah halnya dengan menerangkan Tuhan sendiri.

Tuhan adalah sejatinya kebutuhan sedangpun Rustamaji bukan, tetapi juga ya. Sebab ya dan bukan itu adalah sama, Tuhan dan bukan Tuhan sama juga Tuhan semua. TAK SATUPUN YANG ADA MELAINKAN TUHAN JUGA. Itulah sebabnya maka Rustamaji itu tidak ada tetapi ada juga yakni sepanjang kemauan Tuhan sendiri.

Bukanlah maksud kami berpropaganda tentang diri kami, tetapi Tuhan juga yang menulis ini, apakah Rustamaji bisa menulis ataukah tidak terserah Tuhan juga. Begitupun apakah anda bisa percaya atau tidak terserah Tuhan lagi.

Sebenarnya manusia haruslah hanya percaya kepada Tuhan saja jangan kepada Rustamaji jangan kepada diri sendiri, jangan kepada apa dan siapapun juga. Inilah dia jalan yang lurus, faham yang sebenarnya, oleh karenanya harus ditepati sebagaimana mestinya agar supaya jangan ada penyelewengan lagi.

Apakah sebab jiwa Rustamaji selalu disebut-sebut, adalah dikarenakan Tuhan juga yakni keharusan mutu yang terutama adalah tujuan dari pada segenap kehidupan ini, yakni kesempurnaan bahkan yang lebih lagi dari sempurna. Kalau ada sesuatu yang harus dituju dicari ditempuh Jiwa Rustamaji tiada lain. Oleh karenanya baik NUH baik WIYASA baik SUDJDJARI baik IBRAHIM adalah Jiwa Rustamaji juga pada masa masing-masing, begitupun Muhammad. Tetapi andaikata Jiwa Muhammad itu kita taruh di depan pada masa sekarang ini maka sendirinya akan menghalang-halangi pertemuan manusia dengan Tuhannya, begitupun Jiwa Rustamaji yang belum lenyap dalam Tuhannya akan mengganggu juga. Oleh sebab itu mestilah difahami benar-benar jangan ada Jiwa apapun juga yang mengaling-aling sehingga benar-benar manusia bisa lenyap ke dalam Tuhannya jangan hanya sekedar menghadap apalagi dari jauh dan masih teraling-aling pula dengan jiwa-jiwa yang lain walaupun Nabi walaupun Wali walaupun apa jua.

Sebenarnya andaikata manusia ini cukup cerdas maka dalam sekejap saja akan sanggup meloncat masuk dalam Tuhannya. Tetapi itu adalah mustahil pula. Dikarenakan hukum Tuhan yang selalu mengganggunya dengan beraneka ragam coba atau goda sehingga manusia tadi harus lenyap dulu dalam daerah Ketuhanan berlama-lama sehingga akhirnya sanggup atau mampu merasuk dalam jantung Nya. Tetapi Tuhan punya kuasa. Kalau dikehendaki yang bagaimanapun bisa jadi misalnya manusia biasa dalam sekejap bisa sanggup sempurna merasuk Tuhan sendiri. Tetapi yang demikian itu tidak pernah ada. Tuhan tak pernah punya kemauan begitu, sehingga walaupun jiwa itu istimewa seperti Muhammad misalnya masih harus hidup dua kali dalam dunia ini baru sanggup sempurna merasuk Tuhan sendiri. Tetapi andaikata ada kejadian kelak manusia yang lebih istimewa lagi sekali hidup bisa sempurna janganlah diherankan lagi, sebab semuanya itu sir Tuhan juga, kalau Tuhan mau segalanya terjadi juga. Demikianlah keadaannya, hendaklah dimaklumi.

Pada waktu Muhammad masih muda pernah ia kena coba mendapat gangguan dari JIN yakni Jin yang sebenarnya rasa perasaan yang nikmat juga. Ceritanya demikian : Alangkah enaknya andaikata saya pergi berfoya-foya seperti kebanyakan pemuda Arab ini, begitu fikirnya. Tetapi tiba-tiba baru saja dia dalam perjalanan sudah jatuh tertidur di tengah jalan, sehingga urunglah niatnya itu. Itulah suatu tanda bahwa keurungan itu adalah bukan sengajanya sendiri artinya andaikata dia tidak tertidur mestinya kesampaian juga. Tetapi itupun belum seberapa. Ada lagi cerita begini : Sewaktu Ka’bah rusak maka iapun kena coba pula yakni membikin akur golongan-golongan yang memperebutkan CHAJAR ASWAD pada tempatnya maka sudahlah sepantasnya bahwa mereka itu harus rukun dikarenakan bukan urusan golongan sendiri-sendiri melainkan kepentingan umat seluruhnya.

Alangkah senangnya Muhammad waktu mendapat giliran jaga Ka’bah yang sedang diperbaiki itu pada suatu malam mimpi bahwa Ka’bah tadi didatangi oleh manusia-manusia dari segenap penjuru bumi, sehingga beratus ribu, bahkan jutaan. Belumlah pernah ia melihat jemaah yang sebanyak itu, sehingga hampir-hampir tidak percaya apakah manusia itu banyaknya sampai sekian ? Maka iapun bangun dan melihat kesepian malam. Tiba-tiba iapun tertidur lagi dan terbangun pula sebab seseorang yang amat gagah berdiri di depannya menghunus pedang. Siapa penolongmu ? tanyanya. Muhammad sebenarnya gugup tetapi Tuhan menolongnya. Tuhan ! jawabnya tanpa sengaja. Maka orang yang gagah berpedang tadipun lenyaplah.

Jadi nyata sebenarnya bahwa jiwa Muhammad itu adalah masih bersih sangat sederhana belum banyak liku-likunya. Tetapi juga berarti masih tolol belum banyak pengalaman. Andaikata ada manusia yang ditodong seperti itu sekarang ini niscaya lain lagi jawabnya. Barangkali juga mati seketika sebab terkejut atau malahan bisa menyumpal yang akan membunuhnya itu dengan duit atau kata-kata yang manis, mungkin juga tidak dikenalnya lagi malu maupun rasa perasaan yang lain sehingga mau rasanya menjilati pantat si pembawa pedang tadi asal saja dirinya tidak dibunuh atau disakitinya. Andaikata ada manusia yang berbuat seperti Muhammad pada waktu itu, adalah itu suatu keadaan yang tidak normal lagi. Maka manusia akan memandangnya dia sebagai manusia yang istimewa mendapat restu pertolongan dari Tuhan dan bahkan dianggapnya keramat ataupun yang sebangsanya. Tetapi andaikata ada yang mengira bahwa jawab itu adalah memang sudah sewajarnya maka orang akan memandang itu gila, tidak normal lagi. Demikianlah anggapan orang sangatlah bermacam-macam dan bahkan bertolak belakang.

Andaikata keadaan itu dihadapkan pada manusia sempurna jaman sekarang niscaya lain lagi soalnya. Siapakah penolongmu ? maka jawabnya : saya ini ada saja tidak, apakah perlu ada pertolongan atau tidak bukan soal lagi, segalanya terserah Tuhan. Demikianlah keadaannya haraplah difahami, bahwa sebenarnya manusia sempurna itu sudah tidak butuh kepada pertolongan lagi segalanya sudah diserahkan kembali kepada Tuhannya sehingga segala kejadian itu sudah kemauan Tuhan sendiri tiada lain. Maka herankah anda andaikata ada manusia sempurna yang sudah tidak mau makan minum lagi, juga berpakaian pantas, juga berpekerti seperti orang kebanyakan ? Sebab apa yang dirasanya itu sudahlah lain. Apa yang dihadapi itu bukanlah dunia lagi, melainkan sudah Tuhan sendiri juga, jadi bahaya maupun bahagia itu sudah sama saja, tak ada bedanya kecuali manakala Tuhan mau yakni berkemauan yang lain dari pada biasa dikarenakan ada gunanya maupun tidak sama sekali. Sebab guna maupun tidak sudah sama saja. Jangankan yang berguna yang mudlaratpun ditempuhnya pula manakala Tuhan menyuruh. Itulah sebabnya maka IBRAHIM sampai pula menyembelih anaknya, juga Kidir yang ketemu MUSA tiada segan pula membunuh anak kecil maupun merusak perahu, dikarenakan memanglah sudah lain hukumnya, sudah keluar dari pada benar dan salah dan hanya menurut perintah Tuhan semata. Demikianlah dalil manusia sempurna hanya Tuhanlah yang ada tiada lain yang berbuat sak sir Nya.

Pada zaman dahulu kala manusia belum pernah mendapat perintah tentang adanya MANUSIA SEMPURNA sebagaimana yang termaktub dalam Qur’an maupun Injil, tapi ada pula tersebut dalam kitab-kitab yang dahulu misalnya dalam BAGAWAD GITA itu terang-terangan diujudkannya manusia sempurna itu yang berbentuk si SAMIAJI atau PUNTADEWA atau DARMA KUSUMA. Pada zaman wali yang sembilan yakni zaman Demak maka diujudkannya sebagai SITI DJENAR tetapi masih kurang tepat fahamnya sehingga malah membahayakan, dikarenakan memang belum saatnya manusia pada waktu itu kuat menerimanya, sehingga yang dianggap para wali itupun belum ada yang sanggup menerrima dengan benr-benar kecuali si KALIDJAGA walaupun baru seberapa.

Oleh karenanya sampai sekarang derajad yang bisa dicapai oleh para Wali-Wali itupun belum seberapa yakni antara LANGIT KETIGA sampai DUA PULUH LIMA itu bagi BIMA SAKTI kita ini, bagi galaksi yang lain ada aturan lain pula. Maka amatlah disayangkan bahwa para Wali tadi masih belum sanggup lenyap dalam Tuhannya malahan banyak pula yang menjadi sesat, menjadi penghalang bagi perkembangan iman manusia yang seharusnya semakin maju.

Demikianlah misalnya JIWA SUNAN GUNUNG JATI itu sebenarnya miring, masih menyimpang dari jalan yang lurus sehingga boleh disebut malahan sesat dikarenakan masih sangat cinta kepada sanjung puja dan kesaktian. Lain dengan Jiwa Muhammad walaupun sangat terpuji tetapi dia sendiri Jiwa Muhammad itu tidak mau dipuja-puja. Oleh karenanya segala puja-puji yang diadreskan padanya tiada sampai, yakni tiada menempel pada Jiwanya melainkan menjadi Muhammad palsu sendiri-sendiri. Tetapi bagi yang menelan puja maka puja itu menempel pada Jiwanya sehingga mengotori dan memberati untuk langsung menghadap Tuhannya, apapula masuk ke jantung Nya sekali, tak mungkin, malahan makin memerosotkan mutu jiwa itu sendiri, sehingga yang tadinya baik-baikpun bisa menjadi buruk juga dikarenakan puja sanjung yang dihamburkan padanya.

Oleh sebab itu sangatlah gawatnya jalan lurus ini sehingga jarang yang sanggup melewatinya dengan selamat kecuali memang yang sudah dikehendaki oleh Allah maka akan dapat juga dilewatinya menurut kadar kekuatan yang diberikan padanya juga. Demikianlah misalnya jiwa SUNAN KALIDJAGA maka iapun sanggup pula meniti SIRATAL MUSTAKIM tapi belum seberapa sehingga mesti disempurnakan pula oleh orang lain yang sudah lebih berkesanggupan yang diberikan oleh Tuhan padanya. Maka dari itu sudahlah selayaknya manusia menyadari bahwa tidak bisa memasuki surga itu sendirian tanpa mengingat manusia yang lainnya, dengan arti kata yang sebenarnya tidaklah sanggup masuk surga sehingga segala manusia juga diajaknya ikut serta. Seperti pula pada zaman NABI IDRIS, diapun sudah sanggup pada masa itu tetapi baru sendirian, jadi dikembalikan pula oleh Tuhannya supaya kelak bersama-sama pula dengan manusia-manusia yang lain. Sudahlah selayaknya hal yang demikian itu disadari benar-benar oleh manusia sehingga benar-benar merasa bahwa segalanya ini sama, satu saja yakni dari Tuhan sendiri juga, sehingga tidaklah ia merasa lain dengan yang lainnya, sehingga tidak ada musuh walaupun sittan dan Iblis sekalipun, semuanya dari Tuhan juga tiada lain yang harus dilenyapkan kembali kedalam Tuhan Oleh manusia.

Demikianlah rahasianya, maka janganlah manusia menganggap musuh terhadap yang lainnya. Jangankan musuh menganggap ada pun masih salah, sebab yang ada hanyalah Tuhan sendiri juga tiada lain yang sedang ber sir demikian. Oleh sebab itu tiadalah jalan lain kecuali menyerahkan keseluruhan ini kepada Nya tanpa tanggung-tanggung dan tanpa tangguh lagi. Itu andaikata kuat. Adapun tidaknya bukanlah hal pula yang mesti diperdulikan amat. Karena manakala kita memperdulikan sangat niscaya menjadi salah lagi, sebab nafsulah yang bekerja dan bukan lagi serah diri.

Disinilah sulitnya persoalan itu yakni antara berikhtiar dan berserah diri, bermau tidak berkemauan. Manakala telah sanggup maka jalanpun akan terbuka. Tuhan akan menuntun dengan memberi isyarat-isyarat ataupun mengirim Kidir yakni semacam Nabi bagi manusia biasa tetapi bukan pula suatu keanehan andaikata Tuhan memberi pula tuntunan cara yang lain. Alam kejiwaan begini adalah amat halusnya sehingga membutuhkan ketrampilan juga untuk dapat melaksanakannya lebih jauh. Manakala nafsu itu masih kasar maka sifatnya akan menjadi lain yakni semacam gado-gado yang bumbunya belum masak maka akan dialaminya suatu kontras antara halus dan kasar gila dan waras. Dan manusia-manusia begini akan menjadi permainan cahaya-cahaya yang bermacam-macam sehingga bisa juga gagal dalam usahanya menuju Tuhan bahkan bisa sesat ke alam lain maupun menjadi benar-benar gila. Oleh karenanya janganlah ada perasaan memaksa diri sehingga menjadi salah tuju. Berserah diri bukanlah memaksa diri. Cahaya bukanlah api, bukanlah nafsu. Barang siapa yang memerlukan baiklah membaca buku kami yang berjudul : NAFSU YANG SUCI, niscaya akan lebih dapat penerangan lebih jauh tentang adanya macam-macam rintangan nafsu dalam menuju jalan Ilahi. Maka sudahlah sewajarnya manusia yang belum sanggup membuang sama sekali nafsunya mengambil jalan lain, yakni bersuci-suci diri lebih dahulu sebelum menerjunkan diri dalam laut cahaya yang terlampau sangat gawatnya tetapi bagi mereka tetapi bagi mereka yang telah reda bahkan suatu keharusan yang mesti dilewati. Oleh sebab itu barang siapa di antara pembaca ada yang pernah mengalami terbuka hijab tetapi lantas kembali lagi seperti biasa maupun agak berobah dalam arti kata yang kurang baik, maka seyogyanyalah tenang-tenang bersuci diri lebih dahulu, jangan tergesa-gesa nanti akan kurang baik akibatnya.

Jadi sekali lagi penyerahan diri bukanlah paksaan tetapi harus benar-benar rela, sehingga Tuhanpun akan merelainya pula. Ini bisa terjadi dengan baik manakala nafsu itu telah tenang reda gejolaknya, setidaknya mendekati. Dan kesanggupan reda ini bisa dicapai via pemahaman terhadap hidup ini apa ? Dan selanjutnya bagaimana mesti dihidupi ? Manakala faham itu telah tepat maka gampanglah nafsu itu reda dikembalikan kepada Tuhannya dan bahkan bisa tanpa berombak sama sekali. Tetapi manakala ombak nafsu itu masih terlampau kuat sebaiknya pelan-pelanlah dahulu dan perlu diadakan latihan seperlunya sehingga benar-benar tidak mengkhawatirkan lagi manakala diajaknya menempuh jalan yang lurus nanti.

Pada umumnya orang dahulu menempuh jalan ini dengan bertapa maupun mengasingkan diri atau berpuasa maupun jalan yang lain lagi untuk mendapatkan keseimbangan jiwa, tetapi pada masa sekarang bisalah hal itu dituntun pula oleh pemahaman yang tepat terhadap hidup ini. Maka cara itu akan lebih selamat dan lebih cepat, dikarenakan fikiran itu akan lebih normal terus tidak mengalami pengesampingan ataupun pelenyapan sementara, melainkan biasa saja seperti sediakala dikarenakan memang fikiran itu sendiripun sudah sanggup pula menembus pada Tuhannya, sehingga segala tabir-tabir sudah terkuak baginya.

Demikianlah maka manusia sempurna zaman sekarang sanggup menembus tabir Tuhannya dengan fikirannya sedangpun manusia sempurna zaman dahulu belum lagi, bahkan umat Muhammad malahan dilarang memikirkan Tuhannya dikarenakan masih membahayakan. Tetapi kini sudahlah lain lagi soalnya semuanya dari Tuhan dan memang Tuhan sendiri pula yang dirasa dan perasaan itu sendiri, yang didengar dan pendengaran itu sendiri. Maka tiadalah bedanya segala sesuatu. Mesti saja inipun bertaraf-taraf pula tiada buat manusia sempurna sama derajadnya dikarenakan kekuatan melenyapkan segalanya inipun lain-lain pula.

Ada yang pesat dan banyak ada yang lamban dan dari sedikit. Misalnya Ibrahim, rasa perasaannya bisa kuat sekali sehingga panas api bisa berasa dingin, tetapi Rustamaji tidak bahkan lemah sekali sehingga air maupun angin yang segar bagi orang lain tapi bagi dia menjadi penyakit. Begitupun ABIYASA sangat rapuh tubuhnya walaupun dimana perlu Tuhan menyempurnakan sesempurnanya sehingga sewaktu hendak mati dalam keadaan sakit yang amat sangat Abiyasa tersenyum manis, sebab yang dirasa bukan sakit tapi kenikmatan. Abiyasa belumlah sanggup melenyapkan penyakit dalam dirinya walaupun jiwanya dan pengertiannya sudah cukup sempurna. Tapi sebaliknyapun banyak lagi yang sudah sanggup melenyapkan segala rasa tidak enak menjadi enak, tetapi jiwa dan fikirannya masih dangkal juga dikarenakan memang belum sanggup meningkat tinggi dan jumlah mereka ini banyak sekali, sehingga menjadilah anggapan yang umum bahwa manusia sempurna itu sudah tidak merasakan sakit lagi, padahal sebenarnya tidaklah demikian.

Inilah ciri dari pada manusia sempurna zaman dahulu. Adapun manusia sempurna zaman sekarang tidaklah lagi mementingkan rasa perasaan tubuh, tetapi pemikiranlah yang dipentingkan sehingga nikmatnya malahan melebihi dari pada mereka yang mementingkan tubuh. Demikianlah keadaannya, hendaklah dimaklumi.

Sebenarnya tiadalah ada habisnya dibicarakan soal-soal yang mengenai jiwa Muhammad ini apapula kalau mau dibikin agak melantur, maka ada harapan akan menghabiskan banyak beaya juga untuk mempelajarinya nanti. Tetapi kalau anda pikir-pikir memanglah ada gunanya juga dan bahkan banyak dari pada uang dihambur-hamburkan selama ini hanya untuk menjauhkan petunjuk yang benar bahkan mendekatkan kepada nafsu kebinatangan yang amat mengkhawatirkan. Kini sudahlah tiba masanya manusia ini menyadari pada tugasnya untuk segera kembali pada Tuhan jangan berlama-lama lagi mengelus-elus dunia ini yang rupanya kian manja apabila terus-menerus dikerumuni. Dikarenakan ha-hal yang sangat pelik sifatnya maka hanyalah kami sebut saja diantaranya ialah bahwa Jiwa Muhammad yang sudah tua maka sebenarnya sudahlah agak lain dari pada waktu mudanya, tetapi pada saat mendekati wafatnya Muhammad banyak membikin kesalahan-kesalahan dimana tidaklah pantas diuraikan disini, hanya barang siapa dikehendaki Allah niscaya diberitahu juga ala kadarnya. Tetapi andaikata ada manusia yang mencoba membantahnya dikarenakan sudah keranjingan Muhammad itupun tidak mengapa biarlah saja dia berurusan dengan Tuhan sendiri yakni manakala dia sudah bisa berjumpa. Tetapi andaikata belum niscaya merupakan siksaan pula apa yang kami sebut tadi walaupun hanya sebaris dua. Oleh sebab itu bersegeralah kenal dengan Tuhanmu berbicaralah sendiri, tanyalah ini dan itu, niscaya ditunjuki asal benar-benar mau.

Apakah gunanya percaya kepada Tuhan yang tidak mau memberi tahu apa-apa kepada kita, jangankan menunjuki jalan yang lurus, jalan yang lebar dan gampangpun kita tidak diberinya lewat, malahan selalu disuruh menyuruk-nyuruk di pelimbahan yang berbau amis. Maka apalah salahnya sejak sekarang benar-benar menyembah Tuhan yang benar-benar ada dan sudi memberi petunjuk langsung bukan hanya via Qur’an maupun Hadis yang sifatnya bisa ditafsiri panjang pendek, mengelok dan menyamping sehingga malahan kita bisa terseleweng karenanya. Oleh sebab itu petunjuk langsung dari Tuhan yang tidak meragukan lagi adalah perlu diketuk dari pintunya. Kepalkan tinjumu keras-keras dan ketuk pintu Tuhan agar supaya dibukakan jalan guna dilewati menuju langsung kepada Nya tanpa tabir dan perantara lagi walaupun berujud apa maupun apa. Muhammad bukanlah tengkulak Tuhan, jadi jangan keliru mesti via dia baru bisa ketemu. Bahkan dia sendiri terus terang masih terbelakang dibandingkan dengan Ibrahim misalnya atau mereka yang telah diberi nikmat. Tetapi janganlah mengira bahwa Muhammad itu juga tinggal diam saja tidak mau berusaha mendekatkan diri pada Tuhannya ? Tiadalah jiwa yang sesemangat dia untuk dapat segera bertemu dengan Tuhannya. Tapi apa boleh buat Tuhan baru mengabulkan sebentar waktu hidupnya yang dahulu yakni baru sekira dua jam lamanya yakni sewaktu Mi’rajd. Itupun masih bisa dinamakan untung, sebab banyak pula manusia yang belum sanggup ketemu Tuhannya walaupun dengan kesungguh-sungguhan yang bukan main. Bayangkanlah misalnya BUDHA GAUTAMA alias SIDHARTA yang sudah berani meninggalkan kemewahan kerajaan dan anak isterinya sampai berani hidup menderita yang bukan main, sengaja untuk mendapatkan kebenaran, tetapi apa lacur Tuhan belum mengijinkan sehingga tiadalah ia menemui Tuhan tetapi masih berada dalam suatu alam sesat yang tingkat tinggi ( baca : Kritik baik tentang BUDHA ). Inipun kewajiban manusia sempurna pula untuk menyempurnakannya sehingga dapat kembali ke jalan yang lurus menuju langsung ke Tuhannya sendiri.

Tiadalah kurang-kurangnya manusia seperti dia di seluruh Bumi ini terutama di India yang begitu bersungguh-sungguh tetapi malahan tersesat jalan tiada sampai pada Tuhan, bahkan gentayangan di Alam Sesat dan belum mendapatkan ampunan. Tiada kurang dari dua ratus ribu yang harus segera disempurnakan dikarenakan kesungguh-sungguhan mereka yang sudah sangat melewati batas, berani mati dlam menyiksa diri dan bandingkanlah dengan mereka yang berebutan dunia tetapi mengaku berada di jalan Allah, tiada setapakpun mau surut dari cintanya pada dunia dan menganggap bahwa dunialah satu-satunya jalan mencapai Tuhan. Jadi terbalik imannya tanpa menyadari. Maka kontras ini baiklah membikin kita sadar kepada jalan yang sebenarnya yakni jalan yang sudah ditempuh oleh Muhammad sendiri, juga yang lain-lainnya yang terdahulu, dimana mereka itu berada di Alam kenikmatan surga yang tinggi tetapi belum sanggup langsung merasuk ke jantung Tuhan sendiri.

Apalah daya kami yang tidak ada ini mengenangkan hal ikhwal mereka itu semuanya kecuali hanya mesti bersujud pada Tuhan semata dimana segala kunci rahasia di tangan Nya. Apakah kami mesti begini ataukah mesti begitu ataukah tidak bermesti, adalah dalam genggaman Tuhan semua. Banyak sudah manusia yang menghabiskan umurnya, bahkan hidup berkali-kali berpuluh-kali beratus kali tapi belum juga sanggup ketemu Tuhannya sendiri, dan Muhammad Jiwa Istimewa, pujaan Ibrahim, sekalipun baru sekali hidup sudah bisa ketemu oleh sebab itu pantaslah terpuji dan itulah dia Muhammad.

Keharusan mutu yang paling utama pada masa WIYASA sampai kepada masa IBRAHIM adalah dalam keadaan menurun. Tapi itu adalah memang sudah sepantasnya artinya sepanjang hukum yang dikehendaki oleh Tuhan pula. Hampir seribu lima ratus tahun waktu itu lewat, tetapi hanya diisi dengan kemunduran-kemunduran yang kian menyolok, sehingga pada suatu ketika sudah menjadi keumuman manusia pada menyembah berhala maupun mengagung-agungkan manusia termasuk pula nenek moyangnya.

Maka tiadalah dapat diberantas itu semua kecuali dengan cara yang layak pula pada zamannya yakni dengan cara saling musnah-memusnahkan memperebutkan pujaannya maupun pengisi perutnya. Maka datanglah Ibrahim dengan pedang yang terhunus yakni akal fikirannya yang tajam menembusi segala sesuatunya sehingga sampai pula penembusan itu pada Tuhannya. Itulah keharusan mutu yang paling utama pada masa itu. Sejak masa Ibrahim sampai Muhammad dan selanjutnya keadaan makin menurun lagi sehingga diperlukan Nabi-Nabi yang banyak pula jumlahnya di seluruh Bumi ini. Sejak MUSA sampai MUHAMMAD adalah satu type daripada manusia biasa yang hanya mementingkan perut dan parji semata dan bahkan lebih rendah lagi dikarenakan mereka sudah tidak segan lagi memeras dan menindas kalau perlu memakannya sekali pada tetangganya sendiri maupun tetangga lain bangsa maupun golongan. Ini disebabkan karena Bumi dipenuhi dengan adanya JIWA JUJA MA’JUJA, yakni manusia raksasa yang pernah hidup sebelum Adam. Oleh karenanya diturunkanlah manusia teladan macam ISKANDAR ZULKARNAIN untuk menumpas jiwa-jiwa semacam itu. Tapi itupun tiada segera pula sampai pada ujungnya sehingga malahan berlarut-larut bahkan banyak juga kemudia jiwa KUNARPA yang timbul yakni pemakan bangkai.

Alangkah celakanya Bumi dipenuhi dengan tengkulak-tengkulak bangkai, buayanya buaya dan anjingnya anjing. Babi-babi merata di seluruh permukaan Bumi. Maka manakah manusianya lagi ? Nabi-Nabi palsu berkeliaran menjajakan makanan yang sebenarnya racun. Maka apalah daya Bumi penuh pula dengan racun yang amat berbisa. Maka bisa perang dengan bisa makin menjadi-jadi. Segalanya adalah bisa segalanya adalah panas beracun, akibat manusia yang memperbiakkannya. Dimanakah lagi ada kedamaian ? damaipun damai palsu. Maka menjeritlah manusia sejadi-jadi, tapi tiada yang mendengarnya kecuali telinganya sendiri. Maka makin bisinglah dunia sebab si Pongang itu tidak bisa lari dari bulatan Bumi ini, sehingga tiba masanya cahaya tiba yakni CAHAYA ILLAHI membasuh segala derita dimana dengan jalan apapun tak akan bisa lenyap kecuali bila Tuhan sendiri telah mau. Tetapi kemauan Tuhan ini mesti disosok dengan galah sehingga sudi menurunkan cahaya. Manakala tidak niscaya selamanya akan tetap gelap dan semakin gulita pula, sehingga banjir agung seperti zaman NUH akan terulang kembali untuk membasuh segalanya. Dan, jiwa apakah lagi yang akan timbul setelah banjir usai ?

Demikianlah gambaran ringkasnya sampai pada masa kini yakni masa yang bukan masa lagi, tetapi sudah mulai berakhir. Akhir dari pada segalanya yakni Tuhan sendiri. Maka ganti sekaranglah masanya Tuhan, bukan masa siapa-siapa lagi, bukan masanya peri kebinatangan bukan pula masanya peri kemanusiaan tetapi keharusan mutu yang terutama adalah Tuhan sendiri yakni PERI KETUHANAN.

Manakala manusia sudah sanggup merasuk dalam peri KeTuhanan maka Bumi ini sendirinya suci dan lama-lama akan meningkat derajadnya menjadi akhirat sehingga sanggup pula masuk dalam jantung Tuhan sekali. Demikianlah memang sudah kemauan Tuhan membikin segalanya agar kemudian diserahkan kembali kepada Tuhan oleh manusia. Selain manusia tiadalah dibebani amanat itu, kecuali andaikata Tuhan mau, tetapi Tuhan tidaklah bermau yang selainnya. Manakala kelak Muhammad telah lahir kembali maka KA’BAH akan dirusaknya, sehingga manusia cukuplah mengkiblat kepada Tuhan sendiri. Dikarenakan hal-hal yang masih rumit belumlah kami perkenankan menerangkan sebab musababnya kenapa dahulu sejak zaman Ibrahim Tuhan menyuruhnya membina KA’BAH yakni rumahnya Tuhan. Oleh karenanya belumlah bisa tertuliskan disini soal itu hingga datang saatnya nanti yakni manakala Muhammad sendiri telah lahir, maka niscaya dibongkarnya rahasia itu sampai keakar-akarnya ( bacalah SEJARAH KA’BAH ).

Hanya saja yang bisa diterangkan disini adalah soal terjadinya kota MEKKAH. Maka pada suatu hari Ibrahim bersama dengan isteri dan anaknya si ISMAIL yang baru berumur dua tahun setengah pergi dari kampungnya yakni negeri KAN’AN menuju ke tempat yang ditunjuk Allah. Setelah berhari-hari dalam perjalanan maka pada suatu malam yang cerah bertabur bintang Ibrahim mendo’a pada Tuhannya supaya segera disampaikan kepada tempat yang dituju, sebab sudah amat capai. Tiba-tiba Tuhanpun bersabda : Lihatlah Ibrahim, apakah itu ? Maka Ibrahim terkejut melihat bola api di atas langit yang nampak bergerak mula perlahan kemudian pesat membentur Bumi di kejauhan. Ibrahim tertiarap sujud dengan takutnya akan kemurkaan Tuhan. Tetapi Tuhan tidaklah marah bahkan berbisik : Kesanalah kamu harus menuju, ambillah benda itu dari dalam tanah niscaya pula akan kau dapatkan air. Di tempat itulah kelak akan menjadi kota besar dimana manusia dari pelosok Bumi akan berkumpul.

Ibrahimpun bangun dengan keluarganya menuju ke arah benda tersebut. Setelah tiga hari digalinya maka ketemu BATU BINTANG ( METEOR ) yang dikenal dengan nama KHAJAR ASWAD yang berasal dari PLANIT DENORUS yakni sebuah planit yang sudah hancur pada zaman NUH di Bumi ini. Oleh karenanya maka manusiapun harus pula mengerti tentang Ilmu Bintang agar supaya tiada sontok fahamnya, mengira bahwa dirinya sendiri yang paling hebat di Bumi ini.

Apakah artinya bulatan bumi ini dibandingkan dengan kebesaran ALAM RAYA yang sebenarnya hanya semacam kebon saja bagi manusia sempurna dimana segala sesuatu tersedia dengan serba sedikit. Adapun yang lebih banyak masih berada di Alam yang lebih luas lagi. Kesanalah manusia harus menuju jangan hanya sibuk berkecimpung dalam dunia saja tiada sanggup naik barang sedikit.

Sudahlah selayaknya bahwa manusia ini menyadari tentang adanya alam-alam lain di selain alam-dunia ini. Itulah dia antara lain alam Akhirat yang pernah disebut-sebut oleh Muhammad bahkan menjadi tujuan dari ummatnya, dikarenakan kebanyakannya belum sanggup menuju kepada Tuhan sendiri.

Maka pada masa kini yakni masa yang sudah bukan waktu lagi tetapi sudah mulai berakhir, maka sudahlah sepantasnya manusia menyadari benar-benar tentang adanya waktu yang jenis lain yang lebih tinggi mutunya yakni keabadian. Disanalah terletak keindahan dan kenikmatan yang berlipat kali dari pada di dunia ini dimana segala sesuatunya hanya bisa dinikmati dalam waktu yang sebentar saja. Apalah salahnya mencari nilai yang lebih tinggi lagi bahkan demikianlah seharusnya manusia mencapai mutu yang paling utama yakni Tuhan sendiri.

Telah demikianlah Tuhan bermau mka apalah daya kami yang tidak ada ini untuk membantahnya. Adapun kami tidak, jadi betapa pula mesti membantah, ataukah kami memang disuruhnya membantah maka baru bisa.

Demikianlah ceritanya sekedar hendaklah dimaklumi. Adapun tentang yang lain-lainnya nanti akan diterangkan nanti akan diterangkan pula pada saatnya, misalnya tentang KHIJIR ISMAIL maupun MAKAM IBRAHIM. Maka sudahlah sepantasnya manusia berterima kasih pada Tuhan yang sudah memberi petunjuk kepada kita semua akan hal-hal yang diluar kesanggupan manusia untuk menjangkaunya melainkan manakala Tuhan sendiri yang berkehendak maka baru sampai.

Pada suatu hari Nabi Muhammad sedang tidur maka iapun mimpi ditemui oleh seorang tua yang sebenarnya ia sendiri diwaktu mudanya, maka iapun heran sekali, kenapa disewaktu muda malah tua, oleh karenanya maka sebenarnya mimpi tadi adalah salah tetapi nyata. Kenyataannya adalah bahwa Ibrahim itu itu memang sudah tua yakni jiwanya, sedangkan Muhammad itu adalah pujaan Ibrahim jadi tua juga. Tapi dikarenakan lahirnya baru saja yakni lebih dari dua ribu tahun kemudian maka iapun muda dan baru sekali itu saja lahir. Tetapi siapakah yang lahir itu sebenarnya ? Adalah Ibrahim sendiri tapi dalam keadaan yang lain pula yakni hanya sebagian dari pada jiwanya saja. Adapun yang sebagian banyak masih ada di ALAM ARWAH tingkat tinggi. Tetapi manakala manusia mau menemuinya bisa juga. Maka akan ternyata bahwa bentuk Muhammad itu seperti juga Ibrahim tetapi lebih remaja lagi, sedangkan Ibrahim padat dengan ketuaannya.

Maka jelaslah sekarang siapa yang menemuinya tadi yakni Ibrahim sendiri juga. Andaikata para pembaca masih bingung memahamkan ini tidak usah difahamkan, serahkan sajalah kepada Tuhan semuanya niscaya beres sendiri.

Sebenarnya kesadaran kita inipun bertaraf-taraf pula, dikarenakan jiwa kita juga bertaraf-taraf, begitupun segala sesuatu bertataraf pula tak ada yang sama, sama sekali, walau dua butir elektron sekalipun.

Kalau sama mestilah satu. Maka sudahlah sewajarnya manusia ini yang sudah panjang sekali usianya menyadari bahwa dirinya pernah menjadi kerikil-kerikil pernah menjdi tumbuh-tumbuhan pernah menjadi binatang bahkan pernah pula menjadi manusia pula yakni dirinya sendiri di masa itu.Dikarenakan belum sanggupnya kembali kepada Tuhanlah maka selalu saja masih hidup didalam dunia ini yakni di lingkungan Bumi. Oleh sebab masih menganggap akan ada dan pengaruhnya Bumi jadi belum percaya kepada hanya Tuhan sendiri, oleh sebab itu masih juga memikir, menghitung-hitung, mengindera, menghafal, mencari-cari, memuji-muji dan bukannya menyerah. Padahal yang terpokok adalah penyerahan itu yakni ISLAM sama sekali dan bukan tanggung-tanggung. Manakala masih tanggung-tanggung maka dunialah tempatnya paling tinggi di akhirat yang tingkat rendah. Tapi manakala penyerahan itu sudah bulat-bulat benar maka masuklah sudah dalam jantung Tuhan sendiri setidaknya surga yang tinggi. Demikianlah keadaannya hendaklah dimaklumi.

Manakala manusia ini sudah menyadari tentang kejadiannya hanya dari setetes air, kenapa setetes air bisa menjadi manusia kalau tidak berisi atau berkadar sesuatu yang istimewa sifatnya, maka sudahlah selayaknya mesti demikian, sudah tua sudah banyak pengalaman sudah banyak isi, penuh mencukupi untuk menjadi manusia walaupun hanya setetes air. Air dan air adalah berbeda-beda pula, tak ada yang sama oleh karenanya tak ada yang sama, kalau sama mestilah satu. Oleh karenanya barang siapa yang sudah sanggup menganggap segalanya ini sama maka iapun sudah sanggup bersatu yakni dalam Tuhan sendiri. Disinilah rahasianya hendaklah dimaklumi.

Tetapi andaikata masih belum sanggup tidaklah mengapa, biarlah yang telah sanggup saja menganggap demikian, sebab memang sangat berat untuk menganggap begitu dikarenakan masih belum saatnya juga Tuhan memberikan kekuatan yang demikian mencukupi untuk memperteguh anggapan itu, yakni meniadakan segalanya kecuali hanya Tuhan sendiri yang berbuat sak Sir Nya. Maka akan panjanglah uraiannya manakala mau ditulis semuanya, tapi kami cukupkan sekian dulu dan barang siapa hendak memperdalam teori itu silakan membaca buku yang lain-lain pula, misalnya RAHASIA HIDUP, kunci surga maupun buku-buku tentang alam-alam seluruhnya.

Andaikata anda sanggup menerima wahyu dari Tuhan sendiri itu akan lebih baik lagi tetapi justru oleh sebab anda belum sanggup menganggap bahwa tak satupun yang ada kecuali hanya Tuhan sendirinya belumlah sanggup kuat menerima wahyu itu. Sedangpun wahyu itu temurun manakala dunia seisinya ini menjadi tidak ada. Itulah sebabnya walaupun Muhammad sendiri belum sanggup menerima wahyu langsung dari Tuhannya pada waktu hidupnya yang dahulu kecuali waktu MI’RADJ atau via JIBRIL.

Sebenarnya buku tentang wahyu ada juga, tetapi dikarenakan rumitnya soal belumlah diizinkan hanya mencukupi apa yang termaktub dalam buku RAHASIA HIDUP lebih dahulu, maka kelak manakala masanya tiba akan pula dapat sampai kepada anda. Kini adalah giliran kami untuk menguraikan wahyu yang pernah diterima langsung pada Muhammad sewaktu Mi’radjnya, tetapi pada waktu itu belum tertulis, sebab Muhammad memang belum kuat menerima sehingga sewaktu dalam keadaan biasa lagi maka wahyu tadipun sudah lenyap pula. Oleh sebab itu tidaklah termaktub dalam Qur’an. Terangnya sewaktu Muhammad tadi berkesadaran ada dan dunia inipun ada juga, maka dengan sendirinya wahyu menjadi tidak ada, sebab wahyu tidaklah bisa dimadu dengan dunia dengan manusia, wahyu berada dalam daerah KeTuhanan bukan pada Peri Kemanusiaan.

Tetapi kini oleh sebab manusia sudah diperkenankan pula merasuk jantung Tuhan sekali yang berarti sempurna pada tingkat KHALIFAH pula, maka sudahlah selayaknya wahyu tadi dapat dibocorkan ala kadarnya, kadar pemberian Tuhan Kadar kekuatan berserahnya maupun lenyapnya manusia tadi dalam Tuhannya.

Pada waktu wahyu itu temurun, dunia ini lenyap. Oleh karenanya tiadalah wahyu itu bangsa dunia. Tetapi manakala wahyu dan dunia juga sudah sama saja dan yang ada hanya Tuhan saja maka sendirinya Tuhanlah yang ada.

Inipun masih bertaraf-taraf pula. Oleh sebab itu tidaklah gampang menguraikannya dengan kata-kata. Hanya saja siapa yang sudah sanggup niscaya bisa didapatkan sendiri kadar sanggupnya itu. Disinilah letak tugas kami pula yakni berserah diri atas segalanya sehingga dngan sendirinya Tuhan yang bekerja sekedar penyerahan kami itu. Manakala anda sudah sanggup niscaya diberinya pula wahyu itu kadar kesanggupan anda berserah diri.

Pada suatu hari seseorang sedang melamun, tiba-tiba jatuh buah apel pada kepalanya, maka iapun tersentak bangun dikarenakan melincam dalam fikirannya ilmu yang amat berguna yakni tentang pengaruh tarikan Bumi. Dan kini ada pula orang yang melamun memikirkan kenapa hidup ini cuma berakhir mati.

Oleh sebab itu iapun tertawa tergelak-gelak dan menangis pula sejadi-jadi, sebab tangis dan tawa sudah menjadi sama, hidup dan matipun begitu. Maka lenyaplah dunia ini baginya sebab ia hanya tipu. Dengan sendirinya wahyupun temurun sebanyak kesadarannya tentang lenyapnya dunia ini dan kesadaran-kesadaran itu sendiri-sendiri menjadi lenyap pula berlapis-lapis. Ada dan tidak ada menjadi sama begitupun ada yang lain. Semuanya hanya hukum belaka dipaksakan dari Tuhan yang meliputi. Maka hukum dan yang menghukumkan menjadi sama pula maka tiadalah lain yang ada melainkan Tuhan melulu. Demikianlah keadaannya hendaklah difahami.

Manakala manusia telah tepat fahamnya maka wahyupun mulai mengintip. Demikianpun bagi Muhammad. Sudah lebih dari satu tahun pada waktu itu dia dalam keadaan diintip oleh wahyu. Berkali-kali malaikat pada berdatangan akan mensucikan dia sama sekali sehingga dapat berhubungan langsung dengan Tuhannya, tetapi belumlah mencukupi sehingga setahun kemudian barulah benar-benar terjadi yakni sewaktu Muhammad sedang tidur di CHIJIR ISMAIL pada malam bulan Rajab tanggal 27.

Pada masa itu keadaan jiwa Muhammad sedang dalam keadaan yang sangat krisis yakni krisis dari pada wahyu yang melewati Jibril. Sebab wahyu tadi datangnya amat mengejutkan dan bukannya untuk jiwa tapi hanya untuk rasa-perasaan saja. Oleh karenanya walaupun bagaimana bunyi Qur’an itu tidaklah akan sanggup mengetuk jiwa, kecuali hanya beberapa ayat yang memang tersedia untuk itu, yakni ayat-ayat yang tertuju kepada manusia sempurna maka itupun amat sulit ditafsiri, dikarenakan memang belum masanya manusia kuat menerima itu. Maka Jiwa Muhammadpun mengeluh merindukan Tuhannya yang tidak bisa dicapai dengan perantaraan Jibril. Jelas bahwa Jibril sendiripun menjadi penghalang baginya. Oleh karenanya sebenarnya Tuhan tidaklah mengutus Jibril untuk menjemput Muhammad, tetapi memang Muhammad sendiri yang sudah kuat datang sendiri pada Tuhannya.

Herankah anda andaikata kami beri penjelasan begini : Tuhan itu berada dalam keadaannya sendiri sedangpun yang selain Nya itu berada dalam Tuhan, artinya sepanjang hukum a d a yang diberikan oleh Tuhan padanya.

Oleh karenanya tiadalah suatu apapun yang lepas daripada Tuhannya bahkan sebenarnya Tuhan sendirilah yang ada membikin segala ada yang bermacam-macam jumlahnya. Inilah kata yang setepatnya. Tetapi untuk memahamkan pengertian demikian kebanyakan masih sulit belum sampai, oleh karenanya bisalah diterangkan demikian : Tuhan itu ada dan yang lainnya itu dijadikan oleh Dia, oleh sebab itu harus kembali kepada Nya, habis.

Tapi andaikata yang demikian masih sukar maka lebih baiklah cari makan supaya hidup untuk mati. Apakah itu masih kesukaran memahamkannya ?

Maka saf yang paling rendah dalam keadaan darurat dari pada fikiran manusia adalah kesanggupan memikir tentang ada yakni adanya segala sesuatu ini. Inilah yang pokok. Apakah manusia masih menganggap bahwa segalanya ini ataukah tidak.

Bagi batu misalnya, itu tidaklah membutuhkan tanggapan itu. Tapi bagi binatang itu sudah ada apalagi manusia. Jadi manusia yang tidak memikirkan tentang ada itu tarafnya masih lebih rendah dari binatang.

Apakah ada tadi masih berbentuk sederhana ataukah sudah rumit, itu tergantung pada cerdasnya tanggapan tadi. Maka bagi Muhammad iapun menanggapi tentang adanya ada yang macam lain dari pada adanya segalanya ini yakni ada biasa. Oleh sebab itu apabila ia hendak menerangkan keadaan-keadaan ada yang lain dari pada biasa ini amatlah kesukaran baginya.

Bagaimana mesti menerangkannya padahal keadaannya lain dengan keadaan biasa ini. Maka itu diperlukan kecerdasan pula untuk memberikan keterangan yakni keterangan tentang keadaan ada yang macam lain tadi.

Disinilah rumitnya soal sehingga perlulah pula lebih dahulu diterangkan bahwa sebenarnya untuk menerima keteranganpun harus ada persediaan pula, yakni tanggapan atau kesanggupan untuk menanggapi atau memahami.

Manakala ini tidak ada tidaklah juga dapat memahami walaupun sudah diberi penjelasan yang bagaimanapun. Bagaimana seseorang bisa memahami tentang elektron misalnya kalau dia belum punya tanggapan tentang adanya sebutir pasir atau batu atau bola, niscaya sukar untuk menerima bayangan itu. Tetapi andaikata seseorang itu cerdas tanggapannya maka dengan keterangan yang sedikitpun sudah sanggup memahami dan kemudian faham tadi bisa pula bertambah-tambah kokoh-kuatnya sehingga lama-lama bisa benar-benar menjadi bentuk. Disinilah kekuatan cipta atau puja tak bisa dipungkiri sehingga sebenarnya bulatan Bumi ini dipenuhi dengan bayangan-bayangan yang bermacam-macam dari pada puja maupun cipta manusia sehingga bersusun timbun berseliweran membikin keruh dunia.

Bayangkanlah misalnya seorang manusia memuja Muhammad maka berapakah sudah banyaknya Muhammad-Muhammad pujaan itu yang jadi selama ini. Oleh sebab itu tidaklah heran bahwa dalam agamapun sebenarnya orang harusa hanya memuja kepada Tuhan dan jangan kepada yang selainnya nanti menjadi sesat. Oleh sebab itu menjadilah kebiasaan pula bagi ummat Muhammad untuk bicara soal Ikhtikad yang mana sebenarnya masih jauh mencukui untuk dapat diteruskan kepada pemahaman tentang adanya Tuhan.

Oleh karenanya hanyalah dianjurkan supaya percaya saja kepada Tuhan dan jalan percaya itu adalah adanya Alam ini yang dibikin oleh Nya.

Oleh sebab itu alam inipun ada, yakni sepanjang hukum yang diberikan oleh Tuhan itu dan karenanya menjadilah kenyataan. Tetapi andaikata ditanya tentang Tuhan lagi betapa dia berbuat ini dan itu dan bagaimana keadaan yang sebenarnya maka niscaya dijawabnya entah wallahu’alam, habis.

Bagi yang sudah lebih cerdas lagi tanggapannya niscaya bisa diterangkan lagi demikian. Tuhan itu tak pernah tidur, tidak butuh makan minum, tidak punya anak bini, sebab itu hanya sifat-sifat makhluk terutama manusia dan Tuhan tidaklah lemah seperti manusia membutuhkan segalanya itu.

Betapa mungkin beliau itu tidur padahal alam seluas selebar ini untuk menjaganya nanti niscaya ada yang terselip atau tercecer tidak terurus.

Andaikata tanggapan itu diterus-teruskan maka sebenarnya sudahlah lapuk sedari dasarnya. Sebab Tuhan itu bersifat kuasa, jadi dimanakah letak kuasanya itu ? Apakah Tuhan tidak berkuasa beranak, tidak kuasa menjadi banyak dipaksa harus satu saja terus tidak boleh tidur, dipaksa tidak boleh bersifat lemah seperti manusia, harus gagah perkasa terus. Disinilah letaknya kesalah fahaman selama ini, dikarenakan memang kebiasaan memikir maupun memahami yang lebih jauh lagi. Oleh karenanya bagi mereka ummat Muhammad ini tiadalah perlu lagi kepada pemahaman kepada Tuhan yang lebih jauh dicukupkan sekian saja, dilarang memikirkan Tuhan, sebab kalau memikirkan niscaya sesat keliru, dikarenakan tanggapannya belumlah seberapa kuatnya.

Nanti manakala tanggapan itu sudah cukup kuat niscaya bisa dapat sendiri memahamkannya atau menerima cara-cara yang lain macamnya dari pada kebiasaan ini. Dan inilah pula yang dianut oleh kebanyakan para cerdik pandai. Oleh karenanya maka jalanpun menjadi buntu buat berabad-abad untuk mendapatkan gambaran yang tepat tentang hidup ini, dikarenakan faham-faham yang masih bertingkat rendah yang belum sanggup menggapai daerah KeTuhanan masih bersimpang siur dalam daerah kemanusiaan bahkan kebinatangan.

Inilah sebabnya maka sangatlah menderitanya manusia itu dikarenakan penderitaan bikinannya sendiri yang belum sanggup mengatasi. Juga karena memang demikianlah kehendak Tuhan yakni masih menunggu pula pada kesadaran manusia itu sendiri untuk bangkit menuju kepada Nya.

Manakala perhatian itu sudah mencukupi maka dengan sendirinyan akan segera terlaksana apa yang dimau yakni kembali kepada Tuhan dan hidup ini menjadi sorga yang tinggi bukannya penderitaan lagi. Tetapi manakala nafsu dunia ini masih dibiarkan merajai niscaya jalan kesana masih buntu pula, sebab perhatian hanya ditujukan kepada dunia dan bukan kepada Tuhan yang membikin dunia, akhirat dan segala macam alam-alam yang lain lagi.

Maka berhentilah manusia ini di dunia tidak sanggup balik kedalam Tuhan sendiri bahkan ummat Muhammad yang dianjurkan menggapai akhirat masih juga terpaut kebanyakannya pada dunia sehingga tak sanggup meningkat lagi.

Itulah dia sebabnya mengapa ummat Muhammad sangat terbelakang di lapangan keduniaan`, apalagi di lapangan akhirat. Sebab hatinya pecah dua, dunia dan akhirat sehingga menjadi bingung terus, yang mana sebenarnya yang harus dicari, mencari Tuhan belum juga pernah bisa ketemu, mencari akhiratpun belum kuat, sebab fahamnya masih salah pula tentang akhirat dan jarang yang sudah bisa sampai kesana dan sampai-sampaipun sesudah matinya artinya sesudah ia di alam arwah jadi tak bisa lagi cerita kepada kawan-kawannya bagaimana sebenarnya alam akhirat itu. Waktu masih hidupnya selalu terganggu-ganggu oleh urusan dunia sehingga tak bisa benar-benar mementingkan keakhiratan, itulah sebabnya maka ummat Muhammad disebut ummat pertengahan yakni antara dunia dan akhirat. Jadi dunia tak dapat penuh akhirat begitu juga. Kadang-kadang kedua-duanya sama sekali meleset tak dapat semua. Di dunia melarat di alam kubur mendapat siksa. Demikianlah keadaan ummat Muhammad itu.

Kami bukannya sekedar mencela saja tapi sebenarnya ini adalah cambuk kepada kesadaran yang sebenarnya yakni hidup menurut J A L A N A L L A H sehingga supaya bisa sampai kepada Tuhan benar-benar jangan hanya pura-pura atau dari kejauhan saja melainkan berani meninggalkan segalanya demi Tuhan sendiri juga.

Inilah dia jalan yang lurus yang akan segera bisa sampai tanpa menghitung-hitung lagi, rugi untung bukanlah bikinan manusia sedangpun manusia itu tidak menyengaja membikin dunia maupun dirinya sendiri bagaimana akan merasa rugi, seharusnya haruslah hanya untung saja sebab sudah mendapatkan hidup ini dengan gratis tak usah membayar bea, tinggal melaksanakan apa mestinya dan sudah mendapat nikmat, jadi serba untung. Tapi kenapa malahan rugi dimana-mana, di dunia celaka, di akhirat apalagi, sedangpun di alam-alam yang lain-lain tak bisa menyadari tentang adanya, padahal beribu-ribu alam disediakan untuk tempat bercengkerama istirahat maupun menambah nikmat tetapi satupun tak ada yang diketahuinya malahan mengira tak ada, padahal jelas dalam Qur’an pun di sebut Tuhan segala alam-alam, jadi bermacam-macam dan banyak sekali bukan hanya dunia ini saja dan akhirat nanti.

Itulah bayangan ummat Muhammad pada umumnya, mengira bahwa akhirat itu nanti kalau sudah kiamat yakni hancur seluruh alam ini baru ada.

Faham yang demikian adalah dikarenakan memang belum kuatnya menerima faham yang sebenarnya. Jadi gambaran itu masih gampangan, gambaran kekanak-kanakan . Oleh karenanya perlulah kini mendapatkan gambaran yang sebenarnya setidak-tidaknya lebih mendekati dan untuk itu diperlukan kesanggupan menerima supaya bisa membayangkan setepatnya atau lebih mendekati. Dalam hal ini baiklah membaca buku kami yang lain yang berjudul Segala alam atau Alam-alam juga Alam kubur atau alam sejati apapula terjadinya alam, niscaya akan bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi.

Adapun buku tentang terjadinya alam sebenarnya bukanlah hanya mengupas terjadinya alam ini dipandang dari sudut alam itu sendiri melainkan pula dipandang dari sudut pandangan itu sendiri pula yakni alat yang ada pada manusia untuk menyadari adanya alam-alam tadi. Oleh karenanya dengan sendirinya meningkatkan mutu faham pula, sehingga meningkatkan yang memandang dan yang dipandang dan pandangan itu sendiri. Maka akan kita temui KeTuhanan yang langsung dan tidaklah mencari-cari lagi, sebab sudah terdapat dalam diri kita masing-masing semuanya.

Jadi andaikata anda membaca buku terjadinya alam maka sebenarnya anda membedah diri anda sendiri sehingga mendapatkan segalanya disana tinggal anda berani atau tidak membedah anda sendiri itu sehingga diri tadi menjadi tidak ada sebab diliputi dan ditembusi oleh Tuhan sendiri bahkan penembusan dan peliputan itupun Tuhan juga tiada lain. Maka akan sampailah faham anda kepada faham ADAM MA’RIFAT yakni Adam yang sanggup kembali kehadapan Tuhan di Taman Firdaus, sanggup berwawancara sendiri dengan Tuhan dan dihormati oleh segala malaikat bahkan mereka pada sujud pada anda minta diajar pula akan hal-hal yang mereka belum pada maklum. Jadi anda bisa lebih dari pada malaikat bahkan menjadi gurunya, penunjuk jalannya untuk supaya lebih sempurna kembali ke jantung Tuhan sendiri bukan hanya di kebun. Demikianlah jelasnya haraplah difahami agar tiada lagi ayal meninggalkan semacam dunia ini saja yang mutunya hanya seperti madu yang palsu, manis sebentar lenyap kembali bahkan berganti hukum pahit yang tak sudah-sudah selama anda masih berada dalam cengkeraman kukunya. Oleh sebab itu mestilah segera membebaskan diri dari dunia ini maka keadaan akan meningkat setinggi kesanggupan anda pula.

Sebenarnya andaikata manusia itu sudah memahami apa sebenarnya dunia ini, yaitu tabir bagi Tuhan maka sebenarnya cukuplah itu sudah sebagai pokok pangkal manusia meninggalkan ataupun menembusi dunia itu sehingga bisa berjumpa dengan Tuhan sendiri. Tetapi rupanya untuk berbuat demikian itu masih kurang kekuatan terutama bagi jiwa yang muda-muda.

Sebab jiwa yang tua itu sudah banyak derita banyak macam garam kehidupan, sehingga tahu sudah mutu yang sebenarnya dari dunia ini dengan segera. Tetapi itupun masih salah juga, sebab hanya keumuman padahal Jiwa Muhammad sendiri adalah Jiwa muda tetapi toh sanggup meninggalkan dunia dan berada pada akhirat yang tinggi juga. Bayangkanlah bahwa Muhammad itu berada di langit yang ke 15 padahal langit yang ke 6 saja sudah merupakan surga yang lumayan, apalagi yang ke 7, ini yang ke 15 lagi. Tapi andaikata anda sanggup bisa pula melebihi dikarenakan tingkatan sorga itu sebenarnya ribuan jumlahnya. Mereka Nabi-Nabi yang terdahulu itu sudah lebih tinggi lagi safnya, misalnya Nabi IBRAHIM itu di langit yang ke 28 sedangpun Nabi NUH di langit yang ke 65. Apapula kalau anda sanggup merasuk jantung Tuhan sekali, itu adalah menjadi idaman setiap manusia yakni makhluk Tuhan yang sudah diangkat menjadi wakil Nya andaikata kuat dan mau tapi kalau tidak maka bisa juga menjadi serendah-rendahnya makhluk, itulah manusia.

Sudahlah menjadi kelaziman bahwa manakala manusia itu telah dapat mengatasi sesuatu, maka sesuatu itupun dianggapnya sepele. Demikianpun tentang peningkatan langit atau sorga ini. Oleh karenanya maka herankah anda manakala ada manusia-manusia yang menyepelekan tingkat-tingkat yang dibawahnya walaupun berbentuk sorga ?

Pada suatu hari Nabi Muhammad berjalan-jalan di gurun Sahara. Maka dilihatnya sesekor ular yang sedang menelan binatang kecil yang lain. Maka iapun menjadi bingung apa yang mesti dibuat, mesti membunuh ular itu supaya binatang kodok itu jangan ditelan ataukah membiarkan saja, sebab memang sudah mangsanya. Maka amatlah bingungnya sehingga sangat tersiksa perasaannya memikirkan itu sehingga datang tiba-tiba pertolongan dari langit yakni Jibril datang meleraikan ular dan kodok tadi.

Ini adalah suatu tamsil ibarat daripada mutu perbuatan manusia yang masih mengandalkan fikirannya maupun perasaannya dan mereka yang sudah langsung dari Tuhannya. Jadi jangan menganggap kejadian itu nyata, hanya suatu ibarat saja bagi mereka yang sedang mengalami penyerahan diri yakni yang biasanya disebut jalan lurus atau SIRATAL MUSTAKIM.

Manakala dijumpainya suatu keadaan yang membutuhkan penyelesaian dengan ikhtiarkah atau dengan berserah diri bulat-bulat, maka akan terjadi pertarungan di dalam hati sendiri sehingga terasa sangat beratnya semacam dihancur lumatkan hati kita meyelesaikan persoalan itu. Tapi manakala pertolongan Tuhan sudah datang maka segera saja soal itu lebur sendiri di luar tanggung jawab kita sendiri. Sebab memang demikianlah halnya, manusia tidak menyengaja ada kenapa mesti menyengaja berbuat, memutusi sesuatu ? Biarlah Tuhan sendiri saja yang menentukan, tidaklah usah manusia ikut campur, niscaya akan lekas selesai. Sebab segalanya ini dalam genggaman Tuhan jadi sendirinya kitapun juga. Segala gerak-gerik hati kitapun, sehingga mau tidak mau kita harus berserah diri saja agar supaya benar-benar lebur tanggung jawab kita dan hanya Tuhan sendiri yang menanggung jawab dan bebaslah kita dari pada hisab.

Sebenarnya hidup ini begitu mudah yakni tidak apa-apa dan habis, Tuhan sendirilah yang membereskannya dan kita tinggal dalam sorga. Tapi manakala melincam dalam fikiran kita untuk berbuat sesuatu supaya ini dan itu, itulah dia sittan yakni gesitnya ingatan yang menginginkan buah khuldi yang dikira menyelamatkan, menyenangkan dan selalu memenuhi keinginan kita, rupanya menjerumuskan dan itulah dunia. Oleh karenanya bersegeralah kembali kepada Tuhan dan jangan menganggap dunia ini ada lagi. Yang ada hanyalah Tuhan saja, segalanya ini hukum bikinannya, yang mengelabui mata, mengelabuhi fikiran dan mengelabuhi rasa perasaan kita yakni bisa diringkas dengan kata : Kemanusiaan.

Oleh sebab itu manakala sudah sanggup membenamkan kemanusiaan kita dalam KeTuhanan , maka sudah dengan sendirinya beres. Itulah rahasianya. Barang siapa yang hendak mendalami kami persilakan membaca buku-buku yang lainnya, disini cukuplah sekian saja dahulu dan nanti disambung lagi mana yang perlu.

Kini kami lanjutkan lagi soal Jiwa Muhammad yang sebenarnya masih sangat muda tetapi pesat majunya sehingga sanggup menemui Tuhannya walaupun baru sekali ini hidup di dunia. Adapun rahasianya ialah oleh sebab Jiwa itu sudah terlampau lama tua di dalam ALAM PALIMUNAN selama dua ribu tahun. Adapun Alam palimunan itu bukanlah Alam Kubur tetapi disampingnya yakni yang sebelah dalam lagi sekira jarak antara dunia dan akhirat. Kata-kata ini adalah setepatnya jangan dianggap main-main. Nanti manakala anda sudah lebih maju lagi fahamnya niscaya bisa menerima dan kemudian menyatainya sekali.

Sebenarnya tak adalah rahasia lagi bagi manusia sempurna atau yang sudah merasuk Alam KeTuhanan. Tetapi andaikata manusia malah merasuk jiwa kebinatangan maka akan terus menerus jauh dari petunjuk Tuhan dan makin melantur dari dunia turun dan turun terus sehingga sampai ke Alam Kubur tingkat rendah dan bisa terus menerus sampai neraka. Demikianlah keadaannya. Oleh karenanya bersegeralah bangkit menyadari akan apa hidup ini sebenarnya dan bagaimana harus dihidupi. Manakala sudah selesai segala sesuatunya niscaya Tuhan nanti mengirim petunjuk langsung kepada anda via Nabi KIDIR (Khidir) atau yang lainnya atau tanpa perantara sama sekali. Itulah dia wahyu yang akan menuntun segala gerak-gerik anda sehingga selaras terus dengan kehendak Illahi dan bahkan sebenarnya Tuhan sendirilah yang berbuat dan bukan anda lagi. Itulah dia manusia sempurna atau ADAM dalam surga yang sudah tidak mau lagi diganggu oleh gesitnya ingatan untuk melahap buah khuldi yakni dunia.

Adapun tentang adanya hari kiamat serta segala sesuatu yang berhubungan dengan itu hendaklah kita sudi meneliti tentang segala sesuatunya yakni kejiwaan kita sehari-hari. Maka niscaya akan kita jumpai perobahan-perobahan yang besar dan kecil sehingga sebenarnya hari kiamat itu adalah waktu dimana perobahan tadi berlangsung. Memang pada saat sekarang ini masih setempat-setempat dan sedikit demi sedikit, tapi manakala tingkat bulatan bumi ini sudah pada taraf langit yang kelima nanti niscaya akan dialami peningkatan yang bersama-sama.

Oleh karenanya janganlah merasa tergesa-gesa untuk melihat akhirat maupun surga neraka sendirian saja, karena sebenarnya kurang berguna disebabkan memang belum saatnya bisa tinggal disitu berlama-lama, belumlah dapat dikarenakan goda bencana dari bulatan Bumi ini yang masih berat sekali, dikarenakan manusia-manusia masih belum mau kembali kepada Tuhannya bahkan makin berlarut-larut memperturutkan keinginannya yaitu sittan dan segala macam perasaan enak yang kita sebut saja Jin, juga segala macam hantu-hantu masih berseliweran di Bumi ini sehingga segala cahaya dari manusia-manusia yang baik-baik masih bisa terganggu-ganggu belum polos sama sekali dan mungkin masih membutuhkan waktu pula untuk menuju kepada kesempurnaannya yakni keadaan dimana sudah tidak lagi diharu biru oleh gangguan dunia ini.

Sebenarnya manusia ini bukanlah sesuatu yang lemah sifatnya andaikata ia menyadari, tetapi justru memperturutkan keinginannya maka menjadi budak dari pada keinginan itu. Manakala nanti sudah bangkit niscaya bisa dikalahkannya sittan itu dan bahkan dirinyapun malahan sanggup lenyap pula ke dalam Tuhan, itu andaikata dia mau.

Sebenarnya tidaklah ada lagi yang mesti ditulis untuk pembimbing andaikata manusia ini masing-masing sudah sanggup merasuk jantung Tuhan sendiri. Tetapi oleh sebab keadaan itu teramat beratnya sehingga para Nabi dan para Walipun banyak yang gagal dalam usahanya itu maka Tuhanpun berkehendak menyediakan tuntunan pula yang berujud buku bacaan seperti ini. Manakala datang saatnya Tuhan sendirilah yang akan menuntunnya secara langsung maupun mengirim utusannya yang berpangkat Kidir. Adapun tentang Nabi Kidir inipun kami sediakan pula bukunya untuk meningkatkan kesadaran manusia kepada adanya alam yang lain-lain sehingga lebih mudah menyingkirkan alam dunia yang palsu ini digantikan dengan alam yang lain-lain yang sebenarnya nantinya juga akan terasa palsu pula tapi sudah pada pangkat yang tinggi, sehingga hanya Tuhan sendirilah yang ada tiada lain dan yang selainnya adalah palsu.

Memang setelah anda selesai mempelajari buku Jiwa Muhammad ini maka seyogyanya meneruskan membaca buku tentang Nabi Kidir, juga buku-buku yang lainnya yakni RAHASIA HIDUP, Terjadinya Alam, SEJARAH KA’BAH dan lain-lainnya lagi agar perhatian anda bisa tertuntun terus menuju kepada hanya Tuhan saja dan itulah di SIRATAL MUSTAKIM yang harus dititi oleh tiap-tiap manusia.

Andaikata anda masih keberatan membaca ini, maka tiadalah ada yang memaksa untuk memahami dan mengamalkan. Maka turutlah apa yang anda suka lebih dahulu dengan kesadaran sepenuhnya. Manakala waktunya sampai niscaya akhirnya kesini juga, tetapi sudah dengan kematangan tidak ragu lagi, sehingga penuhlah sudah jiwa itu dengan semangat penyerahan yang bulat kepada Tuhan dan bukan lagi memikir-mikir atau mencari-cari. Inilah sebabnya maka orang dulu pada melarang orang yang muda-muda untuk mempelajarinya dikarenakan memang jiwa muda masih kurang kuat dan mesti menunggu sampai cukup dewasa untuk terjun kedalam gelanggang kejiwaan, yang luasnya tiada bertepi. Herankah anda andaikata kami berkata bahwa sebenarnya kolong langit ini masih sempit, padahal kalau diteropong tak ada habisnya, kebuntuan itu adalah pada mata manusia sendiri. Itulah soalnya rasa perasaan. Andaikata anda sudah sanggup meraga langit yang keempat saja niscaya anda bisa merasai perbedaan yang amat jauh dengan Bumi ini yakni keadaan yang wajar ini. Anda akan mendapati ruang yang dua meter misalnya sudah seperti ruang yang delapan meter luasnya sehingga lega rasanya tiada terganggu-ganggu lagi oleh kesempitan perasaan, apalagi di langit yang lebih tinggi, artinya lebih halus lagi.

Amatlah disayangkan bahwa ummat Muhammad kebanyakan masih belum sanggup menyatai Alam Kubur maupun alam-alam yang lainnya, dikarenakan oleh sayangnya kepada dunia. Oleh sebab itu sudahlah sepantasnya manakala sejak sekarang ini berani meninggalkan keduniawian nya sehingga sanggup meraih Alam Akhirat sebagaimana yang dianjurkan oleh Muhammad tetapi manakala belum sanggup berarti masih harus mengalami pembedahan-pembedahan yang banyak sekali. Karena sebenarnya alam ini beserta dengan manusianya seluruhnya adalah hanya semacam aturan saja dimana aturan-aturan yang lain masih banyak lagi.

Jadi manakala mau sanggup keluar dari satu aturan kepada yang lainnya mestilah mengalami pembedahan, demikianlah keadaannya. Tetapi itupun hanya aturan pula dari Tuhan. Banyak pula dengan tanpa pembedahan seseorang telah sanggup mengalami yang macam-macam pula dalam tiap alamnya, sehingga dia sendiripun tiadalah maklum kenapa sampai begitu.

Pada suatu hari Nabi Muhammad yang pada waktu itu belum diangkat Nabi berjalan-jalan di dekat sumur zam-zam. Tiba-tiba datang dua orang yang menangkapnya membelek dadanya dan ditangkupkan kembali setelah dibersihkan apa isinya. Demikianlah tamsil ibarat, gambaran dari pembedahan itu dan itu dialami oleh Muhammad berkali-kali dengan yang terakhir yakni sewaktu mau Mi’radj. Demikianlah bisa berlaku atas diri kita semuanya manakala Tuhan mau. Tetapi rupanya Tuhan belum pernah mau dikarenakan memang keadaannya kita yang masih terlampau kotor sangat terpaut kepada dunia sehingga tidak mampu meraih alam halus yang di atas kita lagi, malahan jangan-jangan sampai merosot dan kian merosot ke safnya Bumi, saf yang lebih kasar dan makin kasar sehingga akhirnya bukannya dibedah lagi melainkan dibasuh dengan api neraka baru bisa baik. Andaikata terjadi demikian maka sebenarnya itupun kehendak Allah juga dikarenakan kita tidak mau bersegera lekas kembali kepada Nya bahkan kian menjauh dan lupa jalan kembali. Kalaupun tidak lupa juga tidak kuat, sebab terlampau banyaknya tabir yang mengalingi antara kita dengan Tuhan, maka bersegeralah taubat yang sebenar-benarnya dan janganlah lagi ingat kembali kepada dunia yang akan menjauhkan dari Tuhan. Dunia seisinya ini adalah fitnah yang menjerumuskan kita dari jalan yang lurus yakni kembali kedalam Tuhan dengan setepatnya.

Manakala kita telah tahu bahwasanya kesadaran kita ini juga yang kita sadari seluruhnya adalah dari Tuhan melulu maka apalah alasannya kita mau menuju ke tempat lain selain hanya Tuhan ?

Demikianlah ringkasnya andaikata mau diurai niscaya tiada habis-habisnya dan bahkan menghabiskan umur dan beaya, tetapi kalau masih diperlukan yah apa boleh buat, mestilah dilayani juga sampai datang saatnya Tuhan memutuskan tidak lagi, nah dikala itu maka habislah segala perhitungan, segala tanggung jawab dan biarlah Tuhan sendiri yang menghisab.

Barang siapa yang belum sanggup melenyapkan dirinya pada Tuhannya niscaya kena hisab juga, berapa cintanya pada dunia berapa pada akhirat dan berapa kepada Tuhannya. Tapi siapa yang sudah benar-benar sanggup merasuk jantung Tuhan sendiri dengan sendirinya Tuhanlah yang menanggung jawab, sebab dia ada saja tidak, hanya Tuhanlah yang ada. Begitulah iman itu seharusnya hanya kepada Tuhan sendiri.

(bersambung ke Bagian 6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar